Sebuah pantai di Thailand. Indah, tenang dan sebuah keluarga terlihat sedang bahagia menghabiskan liburan mereka. Kemudian, tanpa pengumuman… bum! Sebuah tsunami menerjang mereka. Memisahkan Maria (Naomi Watts) dan anak tertuanya (Tom Holland) dengan sisa keluarga mereka, sang ayah Henry (Ewan McGregor) dan kedua anak mereka Thomas (Samuel Joslin) dan Simon (Oaklee Pendergast).
Pada 2010, Clint Eastwood pernah membuat film yang "serupa" tapi sama sekali berbeda dengan 'The Impossible', yang berjudul 'HereAfter'. Jika 'HereAfter' lebih fokus pada bagian supernatural dan fantasi, maka 'The Impossible' adalah pertunjukan nyata apa yang dirasakan para korban tsunami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan film perdananya 'The Orphanage' yang sangat moody dan mencekam, 'The Impossible' mencengkeram kita dengan lebih menyeramkan. Coba rasakan paruh pertama yang penuh dengan air. Berkat sinematografi keren Oscar Fauna, kita bisa ikut merasakan bagaimana rasanya terbawa tsunami, mencoba bertahan, mencoba mencari oksigen dan menggantung diri di sebuah batang pohon untuk bertahan hidup.
Semua itu dilengkapi dengan scoring Fernando Velasquez yang siap untuk menguras stok airmata Anda. Tapi, kejeniusan J. A. Bayona bukan pada teknis. Kejeniusannya terletak pada cara dia mengerahkan para aktornya. Tom Holland bertugas menjadi penjaga dan penenang sang ibu. Holland melakukannya tanpa cacat dan luar biasa mengingat umurnya baru 16 tahun.
Peluru utamanya tentu saja terletak pada Ewan McGregor dan Naomi Watts yang berperan sebagai suami-istri. Keduanya pernah bekerja sama dalam sebuah sci:fi thriller karya Marc Foster pada 2005 yang berjudul 'Stay'. Tapi, 'Stay' tidak menawarkan apa-apa dibandingkan dengan chemistry McGregor dan Watts di film ini.
Naomi Watts yang mendapatkan nominasi Oscar sebagai pemeran utama wanita terbaik lewat film ini memberikan penampilan yang memukau. Ekspresi wajahnya penuh dengan derita, kerapuhan, sekaligus kekuatan untuk bertahan. Semuanya ditunjukkan dalam satu embusan napas yang sama. Ewan McGregor yang berlumuran darah mengimbanginya dengan kelembutan dan tensi yang kuat.
Film ini adalah sebuah kisah perjuangan luar biasa untuk disimak. Penampilan McGregor dan Watts yang menghantui terlalu sayang untuk dilewatkan. Ini adalah sebuah roller-coaster emosi yang wajib ditonton semua orang.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)