'Snow White and The Huntsman' dimulai dengan suara seorang narator yang menceritakan tentang asal usul Snow White (cara ini juga dipakai oleh film Snow White yang dirilis beberapa bulan sebelumnya, 'Mirror Mirror'). Setelah kematian Sang Ratu (Liberty Ross), Sang Raja (Noah Huntley) yang sedang galau bertemu dengan Ravenna (Charlize Theron dengan pesonanya yang menyeramkan dan tak terbantahkan).
Tertarik dengan kecantikan Ravenna, Sang Raja langsung mempersuntingnya dan dalam sekejap perempuan itu langsung menjadi ratu baru bagi kerajaan itu.Yang tidak diketahui Sang Raja adalah wujud Ravenna sesungguhnya. Seorang perempuan penuh dendam yang menginginkan kecantikan abadi dan kekuatan tanpa batas. Dibunuhlah Sang Raja dan dikurunglah Snow White ke sisi lain kastil yang tidak terjamah. Dan Ravenna mendapatkan semua yang dia inginkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuklah The Huntsman (Chris Hemsworth) yang diutus Ravenna untuk menangkap Snow White. Dikawal sepasukan utusan Ravenna, The Huntsman pun memburu Snow White. Namun, setelah bertemu dengan yang dia cari, Huntsman pun berubah pikiran. Ia pun harus memilih, apakah melanjutkan misi Sang Ratu atau berpihak pada Snow White yang mulai menarik perhatiannya karena kemisteriusannya.
Tidak perlu berpikir keras untuk melihat mana yang lebih bagus antara 'Snow White and The Huntsman' dan 'Mirror Mirror' karya Tarsem Singh tempo hari. Ravenna bisa menghabisi Julia Roberts dalam hitungan detik. Sementara 'Mirror Mirror' hanya bermain dalam studio, 'Snow White and The Huntsman' memperbesar arenanya dengan menjelajah ke berbagai dunia yang tidak pernah kita lihat sebelumnya.
Berterima kasihlah kepada Charlize Theron yang telah memainkan peran Sang Ratu dengan keren. Keangkuhannya terlihat natural. Walaupun perannya sebagai Mavis Gary dalam 'Young Adult' jauh lebih powerful tapi tetap saja Theron mencuri semua adegan dalam film ini.
Kristen Stewart memang lebih asyik dilihat dan terlihat cantik sebagai Snow White daripada sebagai Bella Swan. Namun, kekurangannya untuk menampilkan ekspresi wajah membuat penampilannya secara umum menjadi statis dan agak membosankan. Ketidakseimbangan akting antara Theron dan Stewart itu sebenarnya juga disebabkan oleh skripnya yang agak hilang fokus di tengah-tengah film.
Evan Dougherty, John Lee Hancock dan Hossein Amini sudah melakukan kerja yang bagus dengan menyelipkan aura gelap yang dibutuhkan 'Snow White and The Huntsman' untuk menjadi film yang lebih berbicara. Namun, mereka kehilangan kendali di tengah-tengah film. Seakan mereka lupa siapa yang sedang mereka bicarakan di film ini, Queen Ravenna ataukah Snow White?
Tapi, itu semua tidak begitu mengganggu. Rupert Sanders yang memulai debutnya sebagai sutradara feature memberikan kita sebuah visual yang luar biasa breathtaking. 'Mirror Mirror' memang menghadirkan visual yang indah, namun 'Snow White and The Huntsman' memberikan kesan magis pada setiap frame yang ada. Kastil-kastilnya terlihat megah, DarkForest sangat gelap dan menyeramkan. Dan ketika Snow White berjalan di tengah hutan menemui para peri, tidak ada gambar yang lebih cemerlang daripada ini.
'Snow White and The Huntsman' jelas merupakan film reboot dongeng yang paling berhasil, misalnya jika dibandingkan dengan 'Red Riding Hood' dan, tentu saja, sekali lagi, 'Mirror Mirror'. Sebuah versi "penceritaan kembali" yang cocok bagi generasi kini, generasi 2.0. Indah, menegangkan dan sangat menghibur.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)











































