Dibuka dengan sebuah animasi dan suara Julia Roberts yang memerankan The Queen, 'Mirror Mirror' langsung tancap gas memberikan informasi tentang kehidupan Snow White (Lily Collins). Absennya sosok The King alias sang ayah dan begitu manipulatifnya The Queen dalam memimpin kerajaan membuat Snow White tak punya pilihan lain kecuali berkurung diri di kamar dan memberi burung eksotis potongan apel.
Sampai suatu hari Snow White memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya yang mewah dan megah untuk melihat apa yang terjadi di luar sangkarnya. Bertemulah dia dengan Prince Alcott (Armie Hammer) dalam keadaan yang tidak biasa. Tubuhnya yang setengah telanjang terikat dalam keadaan terbalik di tengah hutan. Dan, tentu saja setelah pertemuan yang sangat memikat ini, keduanya merasakan sesuatu yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brighton tidak tega dan membiarkan Snow White berada di hutan untuk dimangsa raksasa. Bukannya raksasa yang ditemui Snow White, melainkan 7 kurcaci dan mereka pun mendukung Snow White untuk mendapatkan apa yang harus menjadi miliknya.
Sebagai sebuah percobaan paling baru untuk menceritakan kisah Putri Salju, 'Mirror Mirror' memang memberikan nuansa yang berbeda. Sutradara berdarah India Tarsem Singh menawarkan 'Mirror Mirror' dengan sinematografi edan yang akan membuat Anda terlena. Hampir setiap frame bisa Anda copot dan Anda jadikan wallpaper komputer Anda.
Set design-nya luar biasa mengagumkan. Dan kostum-kostumnya terlihat luar biasa extravaganza. Bahkan dalam keadaan setengah telanjang, aktor seperti Armie Hammer tetap terlihat mempesona. Tapi, apakah semua treatment yang menjadikan visual film ini cukup megah menjamin bahwa Mirror Mirror layak ditonton?
Ternyata jawabannya tidak. Skrip yang ditulis oleh Marc Klein dan Jacob Keller tidak menawarkan apa-apa selain lelucon garing sepanjang film yang kebanyakan disampaikan oleh The Queen. Karakter utamanya pun, Snow White, tidak kelihatan cukup berkharisma untuk membuat saya peduli pada nasibnya yang pedih. Dan skrip yang lemah ini memberikan efek negatif pada penampilan para bintang berbakat yang tampil dalam film ini.
Lily Collins yang beberapa waktu lalu menemani Taylor Lautner dalam 'Abduction' tampil seperti manekin. Kecantikannya yang klasik membuat kita betah melihat wajahnya. Tapi tidak pernah lebih dari itu. Dan, lupakan penampilan tajam Armie Hammer dalam film keren David Fincher 'The Social Network'. Dalam 'Mirror Mirror' Armie Hammer terpaksa harus tampil bodoh. Salah satunya adalah berpura-pura menjadi anjing.
Sementara bintang kelas A seperti Julia Roberts mencoba dengan sangat keras untuk menyelamatkan film ini dengan celetukannya yang kejam dan tajam. Kadang berhasil, kadang tidak, dan dia lebih sering gagal melakukannya. Agak menyedihkan melihat aktris yang meraih Oscar lewat 'Erin Brockovich' ini tampil dalam peran yang datar seperti itu.
'Mirror Mirror' sebenarnya sebagai tontonan keluarga merupakan sebuah film yang tidak terlalu mengganggu. Anak-anak akan terlena dengan visualnya yang megah dan para orangtua masih bisa tertawa melihat aksi The Queen memanipulasi kehidupan Snow White. Tapi begitu keluar dari bioskop, mereka akan lupa dengan apa yang baru saja mereka tonton. Seperti yang terjadi kepada saya seusai menonton filmnya.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)