Alumni 'Harry Potter' Daniel Radcliffe kali ini berperan sebagai Arthur Kipps, seorang duda berputra satu yang kerap membayangkan kembali saat istrinya meninggal dunia. Saat ini Arthur Kipps ditugaskan untuk pergi ke sebuah daerah untuk mengurusi sebuah rumah yang dikenal dengan nama Eel Marsh House.
Seperti halnya film horor yang bagus, Eel Marsh House terletak di sebuah pulau kecil, jauh dari pemukiman penduduk, dikelilingi kabut yang tebal dan pepohonan besar. Penduduk kampung tersebut mencoba mengingatkan Kipps agar meninggalkan tempat tersebut sesegera mungkin. Kipps yang mencoba menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin agar dia bisa kembali bertemu dengan anaknya, menolak mempercayai mitos aneh yang beredar. Sampai akhirnya Kipps melihat sesosok wanita berbaju hitam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'The Woman in Black' tidak memakai teknik found-footage yang sekarang sedang hits di kalangan permbuat film horor. Ini saja sudah membuktikan bahwa film ini adalah horor yang patut disimak. Kedua, terornya cukup berani. Kapan terakhir Anda melihat film horor yang hantunya muncul di siang hari dan mampu membuat Anda loncat dari tempat duduk?
James Watkins menyutradari film ini dengan bantuan Jane Goldman sebagai penulis skenarionya. Watkins sendiri menggarap 'The Woman in Black' seperti film horor klasik zaman dulu: sound effect yang akan membuat Anda berharap filmnya akan cepat selesai. Visualnya sangat memikat. Hal-hal kecil seperti boneka-boneka usang dan mainan anak-anak bisa terlihat sangat menyeramkan dalam film ini.
Daniel Radcliffe juga salah satu faktor yang membuat film ini berjalan mantap. Memainkan Harry Potter selama bertahun-tahun cukup membuat banyak orang agak sangsi apakah Radcliffe bisa berakting dengan peran yang berbeda. Menjadi seorang duda beranak satu yang ketakutan sepanjang film, Radcliffe membuktikan bahwa dia bisa berakting. Ia tak hanya tak hanya kelihatan lebih tua dan matang tapi juga menjadi fokus utama film ini.
Pada akhirnya, 'The Woman in Black' adalah film horor yang mengingatkan kita bahwa sebuah rumah tua klasik akan membawa mimpi buruk. Seperti halnya 'The Others', film ini cukup maksimal membuat penonton mempercayai mitos-mitos yang aneh. Dan, tidak akan pernah berani masuk ke sebuah rumah tua yang kemungkinan besar dipenuhi dengan kutukan kuno. Pertanyaannya, beranikah Anda menyaksikannya?
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)