'Guzaarish' ('Request') yang dipromosikan sebagai "film terbaru Aishwarya Rai yang menjadi box office di negerinya mengalahkan 'Harry Potter 7' adalah gambaran terkini dari India generasi baru yang modern. Gamang dan penuh amarah, namun optimis dan "memberontak". Sebuah eksperimen yang cerah dan membuka wawasan.
Film dibuka dengan adegan yang biasa kita jumpai dalam film-film horor. Sebuah puri tua yang tampak angker, dengan dinding-dinding yang sangat tinggi. Seorang lelaki terbaring tak berdaya di ruangan yang luas, dengan tirai-tirai yang terbuka, dan sinar matahari pagi merobos masuk melalui jendela-jendela besar. Seorang perempuan cantik tampak sibuk merawat pria itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari awal, film ini dengan sangat baik menyusun ceritanya di atas ironi yang demikian getir. Dengan alur yang tangkas, tanpa banyak basa-basi, cerita bergerak dengan cepat. Pada suatu pagi, Ethan mengejutkan dunia dengan keinginannya untuk mengajukan izin mati (euthanasia) ke pengadilan. Hukum India yang tak mengenal hal itu, mendadak sibuk, juga orang-orang di sekitar Ethan, yang selama ini mencintainya.
Yang pertama terluka tentu saja Sofia yang telah bertahun-tahun merawatnya.Β Namun, bagaimana jika ternyata perempuan yang melahirkan Ethan justru mendukung keinginan anaknya?
Ditulis dan disutradarai oleh Sanjay Leela Bhansali, 'Guzaarish' adalah sebuah melodrama yang mengguncang perasaan, namun tetap elegan tanpa bermaksud menjadi tontonan penguras airmata. Kamera sinematografer Sudeep Chatterjee merekam panorama desa Goa yang sepi, tempat puri yang ditinggali Ethan berdiri digerogoti lumut, seperti penghuninya yang terus digerogoti penderitaan.
Kilas-balik ke masa-masa kejayaan Ethan sebagai pesulap hebat, berselang-seling dengan drama di ruang pengadilan yang keras dan sengit, dengan efektif menyusun alur film ini. Kehadiran pesulap muda, Omar (Aditya Roy Kapoor) yang berguru kepada Ethan memperkuat drama sekaligus memberi sentuhan humor yang satir, dan mengungkap adanya perseteruan antarpesulap, yang menjadi muasal lumpuhnya Ethan.
Ketidakberdayaan dan aroma kematian sejak menit-menit awal sudah langsung menelusup, namun Ethan adalah tokoh yang optimis, dan sungguh mengejutkan bahwa keseluruhan film ini menebar aura optimisme yang membara. Lagu 'Smile' berkumandang untuk membingkai semangat itu. Tapi, salah satu adegan yang paling menggetarkan adalah ketika Ethan menyanyikan 'What a Wonderful World' di atas kursi rodanya, untuk mewakili kesedihan dan perasaan-perasaan kehilangan yang menderanya.
Sampai pada titik tertentu, film ini menyerap spirit dari film 'The Prestige' karya Chrisopher Nolan yang bercerita tentang permusuhan abadi dua pesulap tangguh di Inggris abad ke-19. Namun, layaknya film India kebanyakan yang tak pernah lupa akar budayanya, film ini juga memperkaya unsur-unsur magic-nya dari epos Mahabharata. Dan, Sanjay Leela Bhansali (nominasi BAFTA Film Award 2003 untuk 'Devdas') meramunya menjadi sebuah -pada dasarnya- kisah cinta, yang penuh keajaiban.
(mmu/mmu)