'Truth or Dare': Siapkan Nyawa Cadangan untuk Bermain

'Truth or Dare': Siapkan Nyawa Cadangan untuk Bermain

Candra Aditya - detikHot
Minggu, 06 Mei 2018 14:06 WIB
'Truth or Dare' Foto: IMDB
Jakarta - 'Truth or Dare' adalah karya terbaru rumah produksi Blumhouse yang kerap melahirkan film-film horor berbujet mini yang sukses di pasaran. Tahun lalu ia merilis Split (berbujet 9 juta dollar dengan pendapatan sampai dengan 278,5 juta dollar), Happy Death Day (berbujet 4,8 juta dollar dengan pendapatan sampai 122,6 juta dollar) dan Get Out (berbujet 4,5 juta dollar dengan pendapatan 255 juta dollar). Judul terakhir bahkan sampai sempat mejeng di banyak penghargaan prestisius, termasuk Oscar.

'Truth or Dare', yang dibintangi oleh banyak pemain serial tv terkenal, adalah produk Blumhouse yang sederhana namun cukup efektif untuk membuat penasaran. Sekumpulan anak muda memutuskan untuk bersenang-senang, menghabiskan liburan musim semi mereka di Mexico. Dalam geng ini ada Olivia (Lucy Hale dari serial terkenal Pretty Little Liars) yang menjadi semacam pemimpin tidak resmi. Kemudian ada Lucas (Tyler Posey, diculik dari serial Teen Wolf) yang berangkat bersama pacarnya Markie (Violett Beane, kadang suka nongol di Legends of Tomorrow). Kemudian ada Tyson (Nolan Gerard, sering muncul di Awkward) dan kekasihnya Penelope (Sophia Ali, mulai muncul di season teranyar Grey's Anatomy). Yang terakhir adalah Brad (Hayden Szeto, akan muncul di season terbaru Arrested Development).

Suatu malam, ketika Olivia sedang duduk di bar sendirian, Ronnie (Sam Lerner), temannya yang menyebalkan membuatnya bertemu dengan cowok bernama Carter (Landon Liboiron, lead cast dalam serial Hemlock Grove). Carter menyarankan Olivia dan teman-temannya untuk pergi dengannya karena dia tahu ada tempat untuk melanjutkan pesta mereka. Yang lainnya pun menurut dan mereka pun pergi ke sebuah gereja tua di ujung bukit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gereja itu tua dan berantakan. Terkesan angker meskipun Carter mengatakan bahwa tidak ada apa-apa disana. Carter pun menyarankan mereka untuk bermain 'Truth or Dare' sambil menenggak alkohol. Disinilah mimpi buruk dimulai. Ternyata mereka harus terus bermain permainan ini. Kata Carter, mereka akan mengikutimu. Konsekuensinya kalau tidak bermain game ini? Selamat datang kematian. Olivia dan teman-temannya pun kelimpungan memikirkan bagaimana caranya keluar dari permainan berbahaya ini.

'Truth or Dare' mengingatkan saya kepada banyak slasher remaja yang hadir di periode 90-an dan awal 2000-an. Pada medio itu banyak sekali film-film horor remaja bermunculan yang isi ceritanya rata-rata tentang para remaja yang cantik dan tampan mati satu per satu karena monster/psikopat/kematian mengejar mereka. Genre ini mencapai puncak kepopulerannya ketika Scream berhasil menjadi salah satu film yang tidak hanya berhasil mengejutkan penonton tapi juga menulis ulang konvensi film horor. Setelah dibombardir begitu banyak film sejenis, akhirnya jenis film ini lama-lama hilang dan digantikan oleh horor-horor supernatural.

Sebagai film horor, 'Truth or Dare' tidak mempunyai banyak nyali meskipun ia berusaha keras untuk membuat Anda tegang. Ditulis oleh Michael Reiz, Jillian Jacobs, Chris Roach dan Jeff Wadlow, 'Truth or Dare' terasa seperti salah satu episode Final Destination hanya saja tanpa keseruan proses kematiannya. Seperti halnya Final Destination, kita semua tahu bahwa para karakter dalam film ini akan mengalami nasib yang buruk. Bedanya, Final Destination mempunyai nyali untuk menunjukkan kepada kita bahwa proses kematian itu sungguh sungguh menyeramkan meskipun luar biasa menghibur. 'Truth or Dare' sempat bermain-main dengan ide tersebut (dalam salah satu adegan yang melibatkan botol vodka, atap dan pagar yang tajam), namun sayangnya semua terasa garing.

Sang sutradara, Jeff Wadlow, tahu bahwa ketika dia meng-cast para aktor TV terkenal ia tak bisa berbuat banyak. Meskipun hampir semua cast-nya bermain sebaik yang mereka bisa, 'Truth or Dare' tampil seperti salah satu episode American Horror Story yang dibuat MTV. Lengkap dengan adegan cinta segitiga yang akan membuat Anda memutar bola mata Anda.

Dalam beberapa adegan, Jeff Wadlow cukup bisa meramu adegan yang menegangkan. Tapi dibutuhkan lebih dari secuil adegan yang membuat jantung berdegup kencang untuk membuat 'Truth or Dare' menjadi sebuah slasher remaja yang asyik untuk disantap. Film ini memang tidak buruk-buruk amat, tapi dibandingkan dengan pendahulu-pendahulunya, 'Truth or Dare' tidak menawarkan apapun yang revolusioner.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International. (dar/dar)

Hide Ads