Album "Lust For Life" jelas berbeda dengan lagu legendaris Iggy Pop berjudul sama. Di salah satu interview, Lana Del Rey mengambarkan estetika album ini sebagai 'sensibilitas regro dengan nuansa futuristik'. Lust For Life lebih sederhana dari 3 albumnya sebelum ini; 16 lagu dengan cerita berdiri sendiri namun memiliki nuansa melankolis dan glamor seperti kisah novel F.Scott Fitzgerald, yang sama.
Ada 2 hal yang ia coba dalam album ini; pertama adalah tema sentral tidak lagi berputar pada dirinya atau sang "kekasih" yang kejam seperti di "Ultraviolence" (2014). Ia tidak lagi bergantung penuh dengan mitos seorang Lana Del Rey; seorang wanita yang sempurna secara fisik, tapi memiliki kehidupan tragis. Ia mencoba menciptakan lagu untuk pendengarnya ("Look at you kids / You know you're the coolest" / The world is yours and you can't refuse it").
Dan juga untuk negaranya, ia mendoakan (sekaligus menyindir) Amerika Serikat era Trump lewat lagu When The World Was at War We Kept Dancing dan God Bless America - And All The Beautiful Women In It sekalipun Lana Del Rey bukanlah seorang penganut feminisme.
Kedua, Lana mengajak penyanyi tamu untuk pertama kalinya di album ini. Tidak ada yang bisa menyanyikan baris "The say only the good die young / That just ain't right" dalam single 'Lust For Life' sebaik The Weeknd dengan suaranya yang lembut. "Cause we're having too much fun / Too much fun tonight, yeah".
Lana Del Rey menunjukkan bahwa suaranya sanggup mengimbangi penyanyi se-senior Stevie Nicks, dalam lagu berjudul Beautiful People, Beautiful Problem yang cantik. Kehadiran Playboy Carti dan A$AP Rocky dalam track 'Summer Bummer' dan 'Groupie Love' adalah wujud kecintaan Lana Del Rey terhadap musik hip-hop.
Ia memboyong serta anak John Lennon untuk menyanyikan lagu beatles- esque berjudul Tomorrow Never Came. Setiap kata, setiap desahan, setiap string yang dipakai; jelas semakin mengukuhkan opini saya bahwa Lust For Life adalah karya terbaik Lana Del Rey sampai saat ini.
Setelah mendengar habis album Lust For Life, saya merasakan bahwa senyuman di sampul albumnya itu bisa jadi bukanlah sebuah pernyataan kebahagiaan. Ia masih nelangsa; sebuah merek yang membelenggu Lana Del Rey sejak tahun 2010. Bedanya, Lana Del Rey mencoba untuk lebih bahagia, atau setidaknya masih percaya bahwa ada 'kebahagiaan' di luar sana.
* Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia. (ken/ken)