'Dua Lipa': Gelap Menggemaskan

'Dua Lipa': Gelap Menggemaskan

Rendy Tsu - detikHot
Sabtu, 10 Jun 2017 23:05 WIB
Foto: Dok. Warner Music Indonesia
Jakarta - "Seluruh album ini adalah saya, siapa saya dan bagaimana saya dilihat sebagai seorang seniman," tutur gadis muda keturunan Kosovo yang tinggal di London, menghabiskan masa remajanya mendengar Radiohead, Oasis, Stereoponics hingga Destiny's Child.

Ia terdengar idealis dan baru saja merilis debut album, Dua Lipa, sesuai nama yang diberikan oleh orangtuanya. Meski masih sangat muda (tahun ini resmi berusia 21 tahun), Dua Lipa punya banyak cerita untuk diceritakan.

Semuanya bermula ketika suaranya muncul dalam iklan TV ajang pencarian bakat asal Inggris, X Factor. Dua Lipa meninggalkan pekerjaanya di restoran dan mencurahkan waktunya untuk melakukan pekerjaan barunya di "dapur" rekaman.

Lewat hits single seperti 'Be The One', 'Hotter Than Hell' atau lagu 'Blow You Mind (Mwah)' yang menggemaskan, nama Dua Lipa mulai mendaki tangga lagu dunia, perlahan tapi pasti. "Saya ingin orang benar-benar mengenal saya, jadi album ini adalah semua yang telah terjadi dalam hidup saya sejauh ini, dan setiap lagu menceritakan kisah yang berbeda".

Albumnya terdengar seperti pop dari dunia bawah tanah yang gelap. Seperti dalam 'Lost in Your Light', dimana ia mengajak Miguel untuk bernyanyi bersama dalam salah satu duet pop terbaik yang pernah saya dengar sepanjang tahun ini.

Dua Lipa suka memadukan tema subjek serius dan sedih, namun dipadu-padankan dengan beat yang membuat para pendengar bergoyang tak karuan; seperti 'No Goodbyes' yang personal, tentang perpisahan tanpa air mata ("Maybe one day I'll see you / Just smile and wave and be okay"), serta mengutip kisah cinta di Alkitab pada 'Genesis'.

Contoh lain adalah 'Thinking 'Bout You' yang setidaknya saya kira merupakan satu-satunya balada akustik di album debutnya, hingga instrumen lain mulai bertamu pada verse kedua. Sungguh menipu.

Selayaknya anak kecil yang terobsesi dengan pop, ia membawa referensi Destiny's Child, Nelly Furtado, S Club 7, dan Pink dalam album ini. Selama bertahun tahun di Kosovo, Dua Lipa merupakan penggemar berat hip-hop, jadi tidak heran bila beberapa lagu memiliki sentuhan hip-hop yang kental.

Ia bisa menyanyikan rap, tapi memiliki chorus yang pop ('Bad Together' dan 'Last Dance') tanpa terkesan dipaksakan. Lagu penutup, 'Homesick' dibuat dibuat Dua Lipa bersama Chris Martin, sehingga jangan kaget jika saat Anda mendengar lagunya, melodi lagu tersebut akan terdengar tidak asing, terutama pada pianonya.

Ya, saya menjulukinya sebagai alternatif lagu 'Everglow' dari album Coldplay, A Head Full of Dreams, versi perempuan. Entah hanya kebetulan atau disengaja, untungnya lagu tersebut menutup album Dua Lipa dengan dua kata lengkap; gelap menggemaskan.

Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia. (ken/ken)


Hide Ads