Lebih dari 6 tahun kemudian, Tashaki Miyaki, duo kecil asal LA ini merilis debut album bertajuk 'The Dream' bersama Metropolis Records. Mereka tidak bermimpi, mereka menciptakan mimpi itu.
Duo ini terdiri dari Paige Stark, wanita pirang cantik dengan permainan drum yang terpinspirasi dari lagu 'Cortez The Killer' oleh Neil Young. Banyak yang menyebut permainannya mirip Velvet Undergrond yang di-slow motion, dengan suara yang di overdubbing kebanyakan.
Sedangkan Luke Paquin β yang hampir di sepanjang album melakukan solo gitar β memberikan atmosfer yang seimbang untuk idealisme Paige. Duo yang pas.
Dalam album The Dream, Paige terdengar begitu perfeksionis, seakan ingin memastikan lagu-lagunya semua sempurna dengan menambahkan string, overdub dan merekamnya di studio empat studio yang berbeda. Paige ingin memberikan perasaan berbeda di setiap lagunya.
Jika didengarkan seksama, penulisan lagunya terinspirasi dari penulisan lagu pop tahun 50s dan 60s (misalnya 'Out of My Head' dan 'Keep Me in Mind'), juga mengambil referensi film-film klasik.
Itulah yang saya suka dari mereka, tak heran ketika pikiran saya melayang-layang dalam imajiner visual saat mendengar Paige bernyanyi "I wish we where in the movies / where no one is ever alone" dalam salah satu lagunya di The Dream, 'Somethin is Better Than Nothin'. Lirik-liriknya bercerita banyak tentang cinta dan patah hati, begitu personal juga universal, indah sekaligus tegas.
Coba dengarkan 'City', musik mereka seakan menciptakan dunia klasik sekaligus futuristik, tidak seperti band-band shoegaze lainnya. Bahkan suasana mistik yang hadir di tengah-tengah permainan mereka, membuat khusyuk bagi setiap orang yang mendengarnya.
Satu sisi, mereka menunjukkan sisi kerennya dalam lagu 'Cool Runnings' yang akan dimainkan oleh The Beatles jika John Lennon dan Ringo Starr jadi digabung jadi satu dalam wujud wanita.
Namun, yang tak terlupakan dari mereka masih ada pada judul 'Girls on T.V', judul yang memperkenalkan saya pada musik mereka (terlepas setelah saya membaca berita bahwa James Franco adalah sutradara video klip lagu ini).
Lagu yang tentang sindiran media sosial dan reality show yang membuat orang mengagung-agungkan popularitas, mewakili suara dari dunia psychedelia dan hippies generasi baru.
Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia. (ken/ken)











































