Namun, begitu mengetahui makna dari lagu ini, saya mengaku telah keliru. Meghan Trainor bukanlah sekedar one-hit wonder, atau gadis kaya yang membeli lagu dari produser bagus dan kebetulan meledak. 'All About That Bass' bercerita tentang penerimaan diri dan kritik terhadap kemampuan teknologi dalam memanipulasi kecantikan ("I see the magazines working that Photoshop/ We know that shit ain't real"). Itulah yang saya rasakan; kecantikan sejati terpancar di dalam diri Meghan Trainor.
Hal serupa juga saya rasakan ketika mendengar debut albumnya yang berjudul 'Title'. Mendengar album ini seperti membuka sebuah diari. Menulis lagu sejak umur 7 tahun menjadikan Meghan Trainor lebih personal dalam membuat karyanya. Bahasanya ringan, mewakili perasaan seorang perempuan 22 tahun yang Anda temui sehari-hari. 'The Best Part (Interlude)' adalah halaman pertama diari tersebut, dengan pernyataan jujur, "I said singing to the world, my songs."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
Tidak hanya Doo-Wop, Meghan bahkan nge-rap di dalam single keduanya, 'Lips Are Movin' yang seakan berpesan agar bibirmu tidak bergerak saat berbohong. Meghan bahkan rela menuliskan syarat wajib sebelum melamar seorang wanita dalam 'Dear Future Husband'.
Β
Selain penggambaran bentuk tubuh yang mirip bass gitar, ia juga menulis tentang drummer ('Bang Dem Sticks'), hangover's song berjudul 'Walkashame' hingga 'What If I' yang membawa Anda dalam kisah Meghan Trainor ketika ditanya, "What if I kissed you tomorrow?" pada akhir kencan. Semuanya membuat Anda serasa dibawa masuk ke dunianya. Tapi, untuk cerita paling berkesan, saya memilih 'Like I'm Gonna Lose You', duetnya bersama John Legend. Saya merinding!
Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.
(mmu/mmu)











































