Lykke Li baru saja mengalami fase sedih. Ia harus berpisah dengan pasangannya. Momen ini ia katakan sebagai momen yang sangat membunuhnya, "I had just gotten out of this relationship that really killed me," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara, Li mengatakan bahwa album ini merefleksikan apa yang sedang ia rasakan pada saat itu. Yaitu, rasa sakit dan kehilangan. "I feel so lost as an artist, as a woman." Semua liriknya bercerita mengenai patah hati dan kehilangan.
Album ketiganya yang bertajuk 'I Never Learn' ini sudah pasti tidak berisi tepukan tangan, beat dan melodi yang menyenangkan. Semua aransemennya bernuansa murung. Lykke Li mengajak Anda menyelami babak hidupnya yang seolah tanpa daya. Sembilan lagu yang ada dalam album ini mengesampingkan jauh-jauh sisi komersil, keceriaan, personalitas yang centil menggoda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Gunshot' diawali dengan chord yang menghantui sekaligus syahdu, lalu berubah menjadi sebuah chorus yang kuat dan tebal. Seperti 'Sadness Is a Blessing' dalam mood yang lebih gelap lagi. Begitu pun halnya dengan 'No Rest For The Wicked' sebagai single andalan, yang dimulai dengan dentingan piano, lalu memasuki aransemen megah yang serba bergaung. 'Never Gonna Love Again' adalah track balada yang catchy dengan lirik yang memohon sepercik perhatian.
"Every time the rain falls, think of me/ On a lonely highway, How can we/ Turn around the heartache, Oh I, I'm alone tonight babe/ And I'm never gonna love again...."
'Love Me Like Iβm Not Made of Stone' mungkin lagu yang paling lirih dan menyesakkan. Dengan rangkaian lirik seperti ini, "Even though it hurts, even though it scars/ Love me when it storms, love me when I fall/ Every time it breaks, every time its torn/ Love me like I'm not made of stone/ A devil's hand across my heart/ As we dance through the dark/ So go ahead, go ahead/ Love me deep, until you can't...."
Lagu ini hanya diiringi oleh gitar dan suara Lykke Li yang nyaris menangis ketika menyanyikannya. Pedih dan hampa. Sementara 'Just Like a Dream' masih menyisakan elemen pop (walau masih kelabu) dan memiliki melodi yang mudah diingat.
Tidak ada yang salah ketika kita patah hati. Bahkan fase ini dapat membantu seseorang untuk menciptakan sesuatu yang sangat jujur dan indah. Itu yang dilakukan oleh Lykke Li. Meskipun banyak orang senang dengan lagu-lagunya yang lebih ceria dan hidup, namun dalam kesedihannya ini, Li pun mampu mempersembahkan yang terbaik dalam lirik-lirik yang penuh makna. Di balik segala lara yang ada, Lykke Li mampu menceritakannya dengan berani.
Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.
(mmu/mmu)