Pongki sempat bercerita soal masa sulit yang sempat dialaminya. Pertama saat bersama Jikustik.
"Masa-masa terpuruk itu pasti ada, kalau secara bermusik tahun 2002 itu masa terpuruk saya yang pertama. Saat itu Jikustik sebetulnya sudah hampir pasti bubar. Karena saya bertengkar sama Icha," akunya mengenang masa tidak enak dalam hidupnya itu.
Warner Music Indonesia, sebagai label yang saat itu menaungi Jikustik pun langsung bertolak ke Yogyakarta asal muasal band pelantun 'Saat Kau Tak di Sini' itu. Beruntung kedua pentolan itu bisa berdamai dan Jikustik terus berjalan.
Baca Juga: Malacca Esemble Hingga Andien Siap Hangatkan Jazz Gunung 2015 Hari Kedua
Satu lagi masa terpuruk dalam hidup Pongki Barata ternyata masih tentang Jikustik. Yaitu saat dirinya memutuskan untuk keluar. Musisi 36 tahun itu mau tak mau harus jatuh dalam mental maupun finansial.
"Harus diakui, Jikustik itu main income saya saat itu. Belum lagi penilaian negatif orang-orang ke saya selama berbulan-bulan. Dari media sosial sampai teman sendiri itu nggak ngajakin saya ngobrol. Tapi ya saya harus apa? Istri saya menyarankan saya harus diam, saya diam," Pongki melanjutkan ceritanya.
Pergolakan hati Wega-sapaan akrab Pongki Barata-bertambah kala kelompok musik bentukannya bersama Ariyo Wahab, Baim dan Nugie yang bernama The Dance Company sudah berjalan. Meski tertatih, omongan negatif yang berubah menjadi hujatan dan cacian pun diarahkan kepadanya dan The Dance Company.
"Ya, itulah masa-masa terpuruknya. Puji Tuhan, makin ke sini, main baik semuanya. Karena dari situ dampaknya banyak, misalnya nggak bisa bayar kreditan berapa bulan," seloroh musisi kelahiran Pontianak.
Pengalaman berharga lainnya pun bersiap disampaikan Pongki dalam workshop d'Preaneur yang juga didukung detikHOT. Ia juga akan memberikan tips membuat musik yang laku di industri. Workshop tersebut rencananya digelar pada Minggu, 14 Juni esok di Dyandra Convention Center, Surabaya.
(fk/tia)