Nama Piyu dan Badai belakangan lekat dengan isu royalti musik. Dua musisi kawakan ini cukup vokal soal hak cipta.
Piyu dan Badai bahkan sampai nongkrong bareng. Namun, obrolan tongkrongan di luar panggung advokasi mereka justru jauh dari topik serius.
"Kalau nongkrong sih ngomongin sesuatu yang ringan-ringan saja ya," kata Piyu saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2025).
Badai menimpali dengan tawa lepas. "Gaklah (bahas royalti), kita gak usah bikin pusing juga. Ringan-ringan dan random saja," tuturnya.
Selain bahas royalti, ada satu benang merah yang sama antara Piyu dan Badai. Keduanya doyan kopi.
Piyu mengakui sebagai pecinta kopi sejati, bahkan pernah terjun sebagai barista. Sementara, Badai punya selera lain.
"Saya pecinta kopi, barista juga, dan saya punya kopi juga di Jogja, cuma lagi break karena fokus memperjuangkan hak cipta," ungkap Piyu.
"Kalau saya gak begitu suka kopi hitam, apalagi yang acidity-nya tinggi," timpal Badai.
Baca juga: Piyu Temukan Kembali Jati Diri |
Piyu dan Badai yang lagi nongkrong di Buntu Coffe, memuji konsep, tata ruang, hingga suasana hangat yang tercipta.
"Terus terang saja sih kita surprise ya. Baru pertama kali ramai langsung, layout-nya oke banget. Masuk langsung ke atas, itu jadi keren," ujar Piyu.
"Mudah-mudahan Kopi Buntu bukan sekadar kedai kopi, tapi bisa jadi kedai musik, wadah karya cipta. Bisa saja dari sini lahir banyak musisi baru," kata Badai.
Di sisi lain, pemilik Buntu Coffee, Vicky Vero, menyebut kafenya dirancang ramah anak muda dengan harga terjangkau, ditambah opsi manual brew yang jarang ditemukan.
"Kita itu untuk anak-anak Gen Z ya terutama, dengan budget yang lebih low, kita ada house blend-nya di Kopi Imaji Gula Aren. Lalu, untuk base-nya itu di Tebet itu masih sangat jarang manual brew. Di Buntu ini kita menyediakan manual brew," pungkasnya.
Simak Video "Video: Tanggapan Piyu soal Ketakutan Kafe Putar Lagu karena Royalti"
(mau/wes)