Setelah sebelumnya luncurkan mini album pertama bertajuk Ada Apa Dunia pada 25 April lalu, kini band asal Jakarta The Ayayay kembali hadir dengan karya baru. Mereka mengeluarkan mini album kedua.
Rilis dengan tajuk Melaju Di Kecepatan Tinggi, peluncuran album itu diadakan di sebuah pesta konser FK Bar & Lounge, Jakarta Pusat.
Album dari band yang berisikan Andika Patria (vokal dan gitar), Edo Margoevan (bass), Aries Wijaksena (gitar), dan Ahmad Vino (drum) itu nantinya akan menghadirkan 5 lagu baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelima single itu di antaranya terdapat Melaju di Kecepatan Tinggi, Jakarta Rock City, What Do You Want, Belagu Gila, dan Surat Buat Bangsat.
Mengambil jalur yang lebih nyentrik, mini album Melaju Di Kecepatan Tinggi akan menyuguhkan musik bernuansa rock and roll dengan menyatukan fenomena sosial yang ada.
Bahkan di dalam single pertama mereka yang memiliki judul serupa dengan mini albumnya, terdapat lagu yang terinspirasi dari program street race (balap jalanan) gagasan Polda Metro Jaya.
"Saya membuat street race Polda Metro Jaya bukan hanya untuk merangkul komunitas balapan liar, tapi juga komunitas UMKM dan penggiat seni. Sehingga terbentuk ekosistem yang lebih besar," ujar Irjen M Fadil Imran selaku Kapolda Metro Jaya dalam video testimoni.
"Ini terbukti dengan band The Ayayay yang membuat lagu Melaju Di Kecepatan Tinggi yang terinspirasi dari street race Polda Metro Jaya. Selamat untuk The Ayayay yang meluncurkan mini album keduanya," lanjutnya.
Tak hanya itu saja, tema serupa berkaitan dengan pihak kepolisian juga terdapat dalam lagu berjudul Belagu Gila. Di dalamnya, The Ayayay mencurahkan segala kenangan buruk mereka saat tengah ditilang di tengah jalan oleh para polisi lalu lintas.
Perlu diketahui bahwa sebelum peluncuran resmi mini album Melaju Di Kecepatan Tinggi, The Ayayay sendiri sudah lebih dulu tampil dalam acara Kurasi Musik dan mendapat respons positif dari para penonton.
Dalam acara tersebut, The Ayayay bahkan juga mendapat saran dari para kurator musik handal seperti Ully Dalimunthe, Seno M. Hardjo, Bugi Putranto, dan Salman Aristo.
Saat ini, mini album kedua The Ayayay tersebut telah bisa dinikmati di berbagai platform musik digital yang tersedia.
Sebelum dikenal dengan The Ayayay, semula bandnya bernama Pantomim. Ada alasan mengapa para personel mengubah nama.
"Itu nama tidak ada artinya. Biar unik dan beda saja. Saya dapat nama itu juga dari mimpi, karena dalam suatu mimpi saya seperti berteriak yang nggak jelas ay...ay...ay. Saya bilang ke kakak saya Edo, nama itu dipakai saja ketimbang Pantomim. Eh, dia setuju saja," kata Andika.
(mau/pus)