Konser Hybrid Jadi Opsi Pagelaran Musik yang Aman di Masa Pandemi

Konser Hybrid Jadi Opsi Pagelaran Musik yang Aman di Masa Pandemi

Yudistira Imandiar - detikHot
Rabu, 20 Okt 2021 20:37 WIB
New Zealand band Six60 perform at Eden Park in Auckland, New Zealand, Saturday, April 24, 2021. Six60 is being billed as the biggest live act in the world since the coronavirus pandemic struck after New Zealand stamped out the spread of the virus, allowing life to return to normal. On Saturday, the band played a remarkable finale to their latest tour, performing in front of 50,000 people at the first-ever concert at Aucklands Eden Park.(AP Photo/David Rowland)
Foto: AP/David Rowland
Jakarta -

Pemerintah menegaskan penyelenggaraan acara seni berskala besar, seperti konser musik harus melalui persiapan matang dengan sejumlah penyesuaian. Salah satunya dengan menggelar konser hybrid, yakni digelar daring dan luring dengan penonton luring terbatas.

Pada Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN secara daring, Selasa (19/10, Direktur Musik, Film, dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Mohammad Amin mengatakan untuk penyelenggaraan konser harus tetap berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya.

"Dari Kemenparekraf sendiri panduannya adalah CHSE (Cleanliness atau kebersihan, Health atau kesehatan, Safety atau keamanan, dan Environment Sustainability atau kelestarian lingkungan)," kata Amin dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu (20/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menguraikan terdapat pula beberapa aturan lain seperti diwajibkan tes antigen atau PCR, menghindari interaksi fisik sesama musisi atau mengajak penonton ke panggung, serta menggunakan instrumen pribadi yang sudah dibersihkan. Terkait perizinan, Amin mengatakan pihaknya hanya sebatas memberikan rekomendasi.

"Kemenparekraf bisa berikan rekomendasi, namun untuk izin wilayah masing-masing itu berada di ranah Pemda, akan berikan izin atau tidak. Tergantung pada dari status wilayahnya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ia menyatakan konser tetap bisa digelar di masa pandemi dengan melakukan sejumlah improvisasi, misalnya konser di sejumlah titik destinasi wisata super prioritas seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba dan Candi Borobudur tanpa penonton yang hadir di venue.

"Meski tanpa penonton tapi sangat fenomenal karena idenya menarik, yaitu berlangsung di titik-titik destinasi wisata penting," sebut Amin.

Ia menambahkan konser hybrid merupakan alternatif yang pas untuk menggelar acara musik di masa pandemi. Pemanfaatan platform digital membuat musisi tetap bisa menggelar konser dan ditonton banyak orang secara daring.

"Bahkan setelah pandemi selesai fenomena hybrid akan terus bertambah, karena digitalisasi tdk terhindarkan. Dunia musik masuk ke dalam digitalisasi ini. Musik itu bagian dari kesenian, orang akan cenderung kreatif di masa sulit. Banyak karya besar lahir di masa sulit. Nantinya hybrid akan menjadi sesuatu yang jamak," tutur Amin.

Halaman Selanjutnya Industri Kreatif Dibuka Secara Bertahap

Sementara itu, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B Harmadi yang juga hadir dalam diskusi menyampaikan industri kreatif kembali dibuka secara bertahap untuk membantu memulihkan produktivitas masyarakat, dan menjaga pertumbuhan ekonomi.

"Jadi ada proses peralihan di dalamnya. Ada istilah untuk ini, yaitu transisi darurat ke pemulihan, namun harus dilakukan dengan adaptasi kebiasaan baru. Semua pihak harus betul-betul mematuhi prokes dan melaksanakannya dengan aman dari COVID-19," terang Sonny.

Sonny menekankan penyelenggaraan konser musik memerlukan komitmen tegas dari penyelenggara dalam menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Tak hanya itu, penyelenggara pun harus membentuk satgas atau panitia khusus yang berdedikasi mengawasi protokol kesehatan selama konser musik berlangsung.

Ia menegaskan semua event skala besar harus mendapat izin dari Satgas daerah. Sebab, mereka yang mengetahui status epidemiologi, cakupan vaksinasi, serta level PPKM daerah terkait.

"Selama wilayah itu berada di level PPKM yang tidak mungkin dilaksanakan kegiatan, maka tidak akan diberikan izin. Karenanya, izin dari Satgas daerah menjadi hal penting, mereka yang menilai risikonya," cetus Sonny.

Sony menyampaikan untuk pembuatan event besar, seperti konser musik perlu disiapkan persiapan yang matang termasuk upaya mitigasi, dan pelaksanaan acara dengan disiplin prokes, termasuk di dalamnya implementasi aplikasi PeduliLindungi.

"Kami mendorong setiap pelaksanaan event besar untuk memakai aplikasi PeduliLindungi. Sebelum pelaksanaan kegiatan, mintakan QR code ke Kemenkes untuk digunakan di seluruh pintu masuk," cetus Sonny.

Halaman Selanjutnya Sosialisasi Prokes Pelaksanaan Event Luring

Founder Of Backstagers Indonesia, Krisnanto Sutrisman menimpali asosiasi event organizer (EO) perlu mendapatkan sosialisasi dan pelatihan agar lebih memahami prokes dan tata cara melakukan event luring.

"Kami terdiri dari perusahaan event yang beragam, salah satunya adalah konser. Apabila bicara prokes untuk event, tidak hanya mengacu pada konser, karena ada juga corporate gathering atau marketing activation. Hal ini yang perlu lebih banyak disosialisasikan," tutur Krisnanto.

"Kami perlu pelatihan dan simulasi penanganan prokes agar orang-orang event bisa lebih ketat mengaturnya. Kami memahami, bahwa event dengan prokes sebaiknya dilakukan di dalam tempat yang terukur. Mungkin bisa dilakukan di area terbatas, bertahap dan perlahan. Untuk ini, edukasi ke ke masyarakat event harus lebih konkret. Kalau bicara siap, kami siap," imbuhnya.

Musisi Ivan Kurniawan Arifin atau populer sebagai Ivanka Slank mengaku merindukan kembali tampil setelah nyaris 2 tahun tidak bisa berinteraksi dengan audiens. Ia menyatakan sebagai musisi tetap menaati aturan pemerintah, termasuk dalam hal penyelenggaraan konser.

"Hampir 2 tahun puasa berekspresi berkesenian. Untungnya ada teknologi online. Kami sebagai seniman dalam posisi mengikuti apa-apa yang ditetapkan pemerintah untuk mentaati prokes," kata Ivanka.

Ivanka menyatakan konser God Bless 48 Tahun yang berlangsung di ICE BSD baru-baru ini bisa dijadikan pembelajaran. Konser dengan konsep hybrid itu digelar dengan jumlah penonton luring terbatas, dan protokol kesehatan ketat.

"Konsepnya hybrid, ada penonton dengan keharusan dites swab antigen selama acara dan setelahnya. Alhamdulillah tidak ada yang terinfeksi (COVID-19)," tutur Ivanka.

"Kami sadar tidak bisa dibuka sepenuhnya, maka ide hybrid bisa jadi hal bagus untuk dilakukan waktu-waktu ini," lanjut Ivan .

Ia menyampaikan dibutuhkan aturan yang jelas terhadap musisi untuk bisa melakukan konser. "Misal daerah dengan level berapa agar bisa melakukan konser. Ini yang kita tunggu. Di industri film aturannya sudah ada. Di musik ini semoga bisa segera direalisasikan aturan yang baku," imbuh Ivanka.


Hide Ads