Michelle Zauner atau yang dikenal dengan nama panggung Japanese Breakfast kini tak lagi dapat dibilang sebagai nama baru di industri musik Amerika Serikat dan juga mancanegara. Perempuan kelahiran 29 Maret 1989 itu telah menelurkan tiga album, yakni Psychopomp (2016), Soft Sounds from Another Planet (2017) dan yang terbaru, Jubilee (2021).
Rupanya, ketertarikannya pada musik telah berlangsung sejak lama. Usia 16 tahun adalah kali pertama ia mengenal dan mempelajari instrumen gitar.
"Setelah mempelajari gitar, aku kemudian belajar menulis lagu dan aku menjadi terobsesi untuk menjadi seorang musisi," kenang dia dalam wawancara virtual dengan detikcom, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengenang sejak kecil dirinya memang dikenal oleh teman-teman dan keluarganya sebagai anak yang sangat aktif. Musik adalah salah satu caranya menyalurkan energinya yang melimpah ruah kala itu. Dari sekadar hobi, dia mulai mendalami musik lebih jauh saat duduk di bangku perkuliahan, di sekitar usia 20-an.
Zauner masih ingat lagu yang ditulisnya saat awal ia dapat menguasai instrumen gitar. Sambil tertawa, ia bercerita, "(Lagunya) sangat buruk, aku hanya ingin membuat lagu yang terdengar menggemaskan (cute), bernuansa folk. Aku mengajak temanku bermain bersama, itu lagu akustik dan bila mendengarnya lagi, cukup memalukan."
"Aku benar-benar terlalu percaya diri ketika menulis lagu itu dan aku bernyanyi dengan sangat aneh," ujar Zauner lalu terkekeh.
Japanese Breakfast pun ia pilih sebagai nama panggungnya. Ia mulai menggunakan nama panggung tersebut pada 2013. Saat itu, dirinya masih tergabung dalam sebuah band.
Dirinya menggunakan nama Japanese Breakfast sebagai identitasnya untuk proyek solo yang ia anggap sebagai sampingan saat itu.
Tak ada yang mengira, justru proyek musik yang ia anggap sebagai sampingan itu lah yang membesarkan namanya hingga saat ini.
"Aku rasa aku mulai menggunakannya (nama Japanese Breakfast) pada 2013. Saat itu aku mengunggah laguku di Tumblr atau di Bandcamp. Pada masa itu aku punya band dan ini (proyek solo) ku anggap semacam sampingan," kata dia.
Ketika detikcom menanyai apa makna di balik Japanese Breakfast, Michelle Zauner kembali tertawa. Dirinya mengaku tidak memiliki filosofi yang mendalam maupun cerita menarik di balik nama panggungnya.
"Aku hanya menyukainya. Japanese Breakfast, aku hanya berpikir Japanese Breakfast terdengar cantik dan tidak banyak orang yang pernah menggunakan frasa itu. Jadi ku pikir akan banyak orang yang penasaran, apasih Japanese Breakfast itu?" akunya.
(srs/nu2)