Bicara dangdut tentu bicara soal perjalanan sebuah skena musik yang tak pernah lekang oleh waktu. Sebagai seorang warga negara Indonesia, hampir dipastikan tidak ada yang asing dengan musik dangdut dan biduan serta musisinya. Siapa tak kenal Raja Dangdut Rhoma Irama? Siapa juga tak kenal lagu 'Boneka Cantik'-nya Ellya Khadam? Siapa yang tak kenal dangdut koplo Inul Daratista? Siapa yang kini tak tahu lagu 'Sayang'?
Perkembangan dangdut dari masa ke masa tidak pernah absen menghiasi telinga masyarakat Indonesia. Akan tetapi, siapa menyangka? Di era modern yang terkadang orang-orang memandang dangdut sebelah mata. Namun, ada seorang Michael HB Raditya yang tidak lelah berjuang membuka mata semua orang bahwa dangdut bukanlah sebuah skena musik receh. Michael HB Raditya bersetia menulis dangdut sejak 2011 dan menggagas Dangdut Studies Center pada 2019 demi mendistribusikan literasi dangdut kepada khalayak.
Michael HB Raditya adalah seorang lulusan Strata 1 Antropologi Budaya dan Strata 2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada. Seperti yang telah dicatat Dangdut Studies Centre di Dangdutstudies.com, Michael merupakan seorang peneliti, penulis, dan kritikus yang memiliki perhatian lebih pada ranah seni, musik populer, dangdut, tari kontemporer, dan Budaya. Dirinya juga kini bekerja di Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kini Indonesia Punya Pusat Kajian Dangdut! |
Membaca profil Michael HB Raditya sudah sepatutnya memunculkan pertanyaan di benak, bagaimana mungkin musik dangdut dapat menjadi sebuah kajian serius dalam ranah akademis? Nyatanya, Michael bisa membuktikan melalui berbagai tulisan yang telah ia buat sejak 2011 dan dituangkan dalam laman web Dangdutstudies.com.
Pada buku barunya yang bertajuk Om Wawes: Babat Alas Dangdut Anyar (2020), Michael mengangkat kisah sebuah band yang mempopulerkan lagu Sayang. Michael tidak sekadar menulis perjalanan OM WAWES mengarungi dunia dangdut di Yogyakarta, melainkan menuliskan perjalanan musik dangdut sejak 1970 hingga 2019 di Yogyakarta. Tidak hanya itu, buku tersebut dihiasi dengan ilustrasi menarik yang membuat pembacanya dapat berimajinasi.
Secara keseluruhan, buku ini tak hanya memberi pengetahuan baru terhadap dangdut masa lalu di Yogyakarta, tapi juga musik dangdut masa kini hingga menerka bagaimana dangdut masa depan di Yogyakarta dan Nasional.
Sebelumnya, Michael juga telah menulis sebanyak 40 artikel, baik akademis maupun populer, yang tersebar di jurnal, media online, koran, dan sebagainya. Selain perkara dangdut, Michael juga pernah menerbitkan buku berjudul Merangkai Ingatan Mencipta Peristiwa: Sejumlah Tulisan Seni Pertunjukan.
Buku tersebut merupakan buku yang ditulis Michael pada 2018. Merangkai Ingatan Mencipta Peristiwa: Sejumlah Tulisan Seni Pertunjukan adalah sebuah buku kritik terhadap seni pertunjukan secara umum, baik musik, tari, dan sebagainya. Buku ini juga mengutarakan cara mengelaborasi cara kerja kritik dalam dunia seni pertunjukan.
Kini Michael bersama Dangdut Studies Centre diharapkan mampu menemani perjalanan dangdut dengan tulisan dan kajian. Sehingga di kemudian hari semua orang tahu bahwa dangdut tidak hanya terjadi hari ini, tetapi sudah berlangsung sedari dulu dengan perjalanan panjang yang penuh lika-liku. Sebab setinggi-tingginya kasta ekonomi, pasti tak ada yang tak ingin joget jika mendengar dangdut. Maka melalui Dangdut Studies Centre dan tulisan-tulisan Michael kita dapat mengapresiasi, bukan malah mengedepankan gengsi.
(fhs/ega)