Melongok Lokananta, Pabrik Piringan Hitam Pertama Milik Negara

Hari Musik Nasional

Melongok Lokananta, Pabrik Piringan Hitam Pertama Milik Negara

Ari Purnomo - detikHot
Rabu, 10 Mar 2021 13:38 WIB
Bemby selaku staf remastering koordinator produksi Lokananta menunjukkan salah satu koleksi langka
Lokananta. Foto: Ari Purnomo
Solo -

Tepat 9 Maret kemarin kita baru saja merayakan Hari Musik Nasional. Berbicara soal karya musik, sepertinya tidak bisa lepas dari keberadaan Lokananta yang ada di Solo, Jawa Tengah.

Lokananta berdiri tahun 1956, tepatnya tanggal 29 Oktober dengan nama Pabrik Piringan Hitam Lokananta.

Tetapi, saat awal berdirinya studio yang terletak di Jalan A. Yani hanya difungsikan sebagai studio rekaman pendukung Radio Republik Indonesia (RRI).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru tahun 1959 Lokananta mulai memproduksi piringan hitam untuk dijual kepada masyarakat umum.

Selain memproduksi lagu dari berbagai daerah di nusantara, Lokananta juga menampilkan gamelan, Iringan tari dan juga seni pertunjukan.

ADVERTISEMENT

Tetapi mulai 1971 peminat piringan hitam sudah mulai berkurang, sehingga Lokananta pun mulai beralih dan mengadopsi teknologi cetak kaset. Dalam setiap bulannya, Lokananta mencetak dan menjual hingga 100 ribu kaset.

"Untuk perekaman kaset sampai sekarang masih tetap berjalan, selain kaset juga CD. Kalau piringan hitam sudah tidak, karena mesinnya juga sudah tidak ada," urai Kepala Cabang Lokananta, Ndang Supriyadi saat ditemui detikcom di Lokananta, Selasa (9/3/2021).

Ndang menambahkan, saat ini untuk perekaman kaset masih cukup banyak. Meski dirinya tidak bisa memastikan berapa rata-rata setiap bulannya.

Selain produksi kase, Museum Lokananta sebenarnya juga cukup diminati oleh pengunjung. Hanya saja, sejak pandemi jumlah wisatawan yang datang juga banyak berkurang.

Bemby selaku staf remastering koordinator produksi Lokananta menunjukkan salah satu koleksi langkaBemby selaku staf remastering koordinator produksi Lokananta menunjukkan salah satu koleksi langka Foto: Ari Purnomo

"Karena memang ada pembatasan untuk setiap kunjungannya tidak lebih dari 20 orang," tuturnya.

Di museum ini menampilkan berbagai koleksi yang menjadi saksi biru era kejayaan Lokananta. Mulai dari mesin pencetakan pita kaset hingga berbagai ukuran piringan hitam.

Selain museum, studio rekaman Lokananta juga tidak kalah menariknya. Bahkan Studio yang berlokasi di sisi utara ruang utama ini pernah digunakan oleh musisi kenamaan di Indonesia dan luar negeri.

Sebut saja almarhum Glenn Fredly, Slank, almarhum Didi Kempot, White Shoes and The Couples Company, Shaggydog dan juga banyak musisi lainnya.

Bemby selaku staf remastering koordinator produksi mengatakan, saat ini kondisi Lokananta memang membutuhkan sentuhan untuk menarik minat pengunjung.

"Kemarin pak Wishnutama dan mas Gibran juga sudah berkunjung kesini, dan rencananya akan ada sandbox, semoga segera terealisasi," tuturnya.




(srs/srs)

Hide Ads