Meski namanya sudah tidak asing, tak banyak yang tahu bahwa sebelumnya perusahaan rekaman ini nyaris dinamai 'Indra Vox', singkatan dari Indonesia Raya Vox. Pada acara bedah buku 'Lokananta' yang bertajuk 'Tribute to Lokananta', Ketua Lokananta, Miftah Zubir, menuturkan sedikit tentang sejarah perusahaan rekaman milik pemerintah itu.
"Karena saat itu pemerintahan Presiden Soekarno sesuatu yang berbau Barat dilarang, akhirnya dinamailah Lokananta, yang artinya seperangkat gamelan yang ada di khayangan dan bunyinya merdu tanpa harus ada yang memainkan," jelas Miftah, (27/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awalnya, Lokananta memproduksi piringan hitam. Kemudian beralih dari piringan hitam menjadi kaset.
Album dari penyanyi keroncong Waljinah menjadi kaset pertama yang diproduksi oleh Lokananta. Dekade 70-an hingga 80-an merupakan era keemasan bagi Lokananta.
Pada era 90-an, Lokananta memasuki masa kelam. "Karena saat itu mulai adanya pembajakan di industri musik. Tapi titik terendah terjadi ketika Departemen Penerangan dibubarkan," ujar Miftah.
Setelah dilikuidasi, di tahun 2004 Lokananta diakuisisi Perum Percetakan, dan resmi menjadi kantor cabang di Solo dengan nama 'Perum Percetakan Negera RI Cabang Surakarta -Lokananta'.
Hingga kini, pengurus Lokananta selalu berusaha melakukan pengembangan. Salah satunya adalah memasukkan lagu-lagu Lokananta ke dalam platform streaming musik.
Ke depannya, Miftah berharap Lokananta dapat menjadi ruang kreatif dan tujuan wisata. "Harapan saya tahun ini Lokananta mulai menjadi creative space atau creative hub-nya kota Solo. Jadi tidak melulu soal musik, tapi juga bisa digunakan untuk streaming, bedah buku, atau pameran foto," tuturnya. (srs/mmu)