Surati Jokowi, Ini Keinginan Promotor Musik

Surati Jokowi, Ini Keinginan Promotor Musik

Tim detikcom - detikHot
Kamis, 04 Mar 2021 09:22 WIB
Sukses memerangi Corona, Selandia Baru menggelar konser musik luar ruangan terbesar sejak dimulainya pandemi COVID-19.
Promotor musik surati Joko Widodo. Foto: Getty Images/Mark Tantrum
Jakarta -

Sejak pandemi ditetapkan, di Indonesia belum ada lagi festival musik yang digelar seperti biasanya. Hingga tahun ini, genap setahun gelaran musik terhenti.

Promotor dan pelaku industri kreatif sudah sabar menanti demi menekan penyebaran virus COVID-19. Namun hingga saat ini, mereka seperti tidak mendapatkan kejelasan dari pemerintah mengenai kapan mereka bisa bekerja kembali.

Akhirnya, sejumlah promotor dan pelaku industri kreatif lainnya menyurati Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Di dalam surat terbuka itu, mereka meminta izin untuk memulai kegiatan seperti dulu, tapi dengan protokol kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah organisasi yang tertera dalam surat terbuka itu antara lain Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Asosiasi Visual Jockey Indonesia (AVJI), Indonesian Artist Manajement Association (IMARINDO), Asosiasi Perushaan Pameran Indonesia (ASPERAPI), Forum Jazz Indonesia, Indonesia Event Industry Council (IVENDO), Forum Backstage Indonesia, Penata Cahaya Indonesia (PECAHIN), Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Stage Management Community (STAMINA), PKPE, Solidaritas Penata Musik Indonesia (SPMI) dan Jogja Festivals.

Tidak hanya pada Presiden Joko Widodo, surat itu juga ditembuskan pada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Ketua Komisi X DPR RI, Menteri Kesehatan RI, Ketua Satgas Covid-19 Nasional.

ADVERTISEMENT

Menurut Dino Hamid selaku Ketua Umum APMI, dia dan sejumlah pelaku industri kreatif lainnya pada dasarnya mempertanyakan mengapa pertunjukan dan acara yang digelar secara adaptif, kecuali virtual, masih belum diizinkan. Padahal, dia melihat sejumlah sektor lainnya yang berpotensi mengumpulkan massa, contohnya pusat perbelanjaan dan restoran sudah diperbolehkan buka.

"Karena sampai sekarang event belum bisa berjalan sejak pandemi karena belum diizinkan. Kami mempertanyakan kenapa kami tidak diberikan kesempatan atau kepercayaan secara adaptif. Kenapa mall dan restoran diberikan kepercayaan untuk membuat secara adaptif, sedangkan kamu belum," ujar Dino Hamid pada detikcom dalam sambungan telepon.

Menurut Dino Hamid, sejumlah pelaku industri kreatif juga mengaku tidak ingin terburu-buru dalam mengadakan acara yang berpotensi melanggar protokol kesehatan. Mereka juga mengaku siap untuk menjalankan penyesuaian sesuai dengan protokol kesehatan bila permohonan mereka untuk kembali mengadakan acara dikabulkan.

"Kami juga nggak mau tergesa-gesa. Kami harus mengikuti proses vaksin yang sedang berjalan dulu, setelah itu kami masukkan perilaku yang adaptif itu. Dari audience yang datang sampai pekerja diberlakukan protokol sampai yang paling ketat pun kami memikirkan hulu hilirnya," jelas Dino.

"Kami minta diberi kepercayaan, dengan syarat kami tes dulu, kami akan jalankan," sambung dia.

Sebagai contoh, Dino Hamid mengatakan pihaknya, yakni Berlian Entertainment, sempat mengadakan konser drive-in dengan tajuk New Live Experience pada Agustus 2020 lalu. Dia memantau, dua minggu setelah konser itu berlangsung, rupanya acara tersebut tidak menjadi klaster baru.

Hanya saja pengadaan konser drive-in itu selanjutnya tidak mendapatkan izin. Sehingga dia pun kesulitan untuk melanjutkan konsep tersebut.

"Padahal menurut saya itu (konser drive-in) cukup potensial, secara bisnis, maupun secara respons. Tapi next drive in pun tidak dikasih izin lagi," tuturnya.

Sehingga menurut Dino, yang dia dan rekan-rekannya coba garis bawahi adalah perihal permohonan izin penyelenggaraan acara secara adaptif.

"Kami juga ingin mendukung program vaksinasi. Kami akan periksa pembeli tidak sudah divaksin atau belum, tinggal di zona apa, mereka pun datang harus tes dulu," jelasnya lagi.

Persoalan mengadakan acara memang terbilang menjadi polemik. Bak dua sisi mata uang, di satu sisi pandemi memang belum usai di Indonesia. Di sisi lain, pelaku industri kreatif memang telah terlalu lama menunggu.

Simak juga video 'Promotor Musik Tunggu Angin Segar dari Pemerintah':

[Gambas:Video 20detik]



Baca isi surat terbuka untuk Jokowi di halaman selanjutnya.

"Yang mulia Bapak Presiden yang kami hormati,

Bulan ini, setahun lalu, Bapak Presiden Jokowi mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Sejak itu, kehidupan kita tak pernah lagi sama. Kita terpaksa beradaptasi dengan mode pasif: bertahan dari virus dan kematian, dari keputusasaan dan pesimisme, hingga kekecewaan dan hasrat saling menyalahkan.

Setelah setahun berlalu, ternyata banyak yang mampu bertahan. Kita semua, yang berhasil bertahan sejauh ini, bisa menyaksikan dimulainya vaksinasi; dan dari sanalah kita bisa melihat terang. Penting untuk merespons momentum itu dengan langkah terukur. Caranya dengan menggerakkan sektornya sebagai bagian penyelesaian pandemi dan dampak-dampaknya.

Sejak Maret tahun lalu, hingga kini, kami menghentikan keramaian demi melindungi kesehatan masyarakat. Kini tibalah saatnya kami terlibat lebih aktif menyelesaikan pandemi lewat pengalaman, kapasitas dan jejaring yang kami miliki.

Ya, kami ingin memulai lagi, tapi kami sangat ingin memulainya dengan hati-hati. Tergesa-gesa akan membuat terang yang mulai tampak bisa padam kembali karena kecerobohan. Pengalaman melewati pahitnya bulan-bulan paling kritis pandemi menjadi bekal untuk menyikapi momentum dengan kepala dingin.

Hiburan memang penting, tapi kami sadar tak ada yang lebih penting selain keselamatan. Kami memang ingin sektor kami bisa berjalan kembali, namun kami tahu bahwa kami tidak boleh egois sehingga wajib mengintegrasikan kerja-kerja kami dengan agenda penyelesaian pandemi.

Kami memiliki jejaring persona yang punya kapasitas mempengaruhi pengikutnya untuk menyukseskan kampanye vaksinasi nasional. Reputasi dan pengalaman kami di bidang event (baik corporate, private hingga social event) dapat dimanfaatkan untuk merancang dan mengelola aktivasi kampanye vaksinasi.
Seiring makin berlimpahnya pasokan vaksin, padu-padan antara event kecil, sedang dan besar dengan agenda vaksinasi masyarakat menjadi mungkin direalisasikan bersama.

Beri kami kepercayaan memutar lagi roda industri kreatif secara bertahap. Kami siap menjalankan CHSE, penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) yang telah disiapkan Kemenparekraf -- dan kami bersedia diaudit setiap saat.

Reputasi kami selama ini salah satunya terbentuk oleh kenyamanan dan keselamatan penonton (publik) saat menikmati apa pun bentuk dan skala kegiatan kami. Dengan rendah hati kami menawarkan diri memanfaatkan pengalaman tersebut untuk mendukung agenda pemerintah menuntaskan pandemi dan dampak-dampaknya, baik dampak pada kesehatan masyarakat hingga pada seni dan budaya."


Hide Ads