Genjer-Genjer selama ini menjadi lagu yang kontroversial. Keberadaan lagu tersebut sebagai produk musik pernah ditakuti dan kerap kali dihubung-hubungkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Adalah film Penkhianatan G30S/PKI besutan sutradara Arifin C. Noer yang membuat lagu tersebut menjadi ditabukan pada masa Orde Baru. Lagu itu ditampilkan dalam adegan ketika para para jenderal tengah disiksa oleh anggota Gerwani.
Belakangan, kita sama-sama mengetahui bahwa apa yang ada dalam film tersebut bukanlah fakta sejarah, melainkan terdapat unsur fiksi di dalamnya. Namun, sayangnya citra lagu itu dengan PKI tetap melekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak dapat dipungkiri, lagu itu memang sempat digunakan oleh partai tersebut ketika berkampanye dulu.
Dikumpulkan dari berbagai sumber, Genjer-Genjer sebenarnya merupakan lagu rakyat yang diciptakan oleh seniman angklung asal Banyuwangi bernama Muhammad Arief.
Lagu itu tercipta pada 1942 di masa sebelum Indonesia merdeka. Ketika menulisnya, M Arief ingin menggambarkan penderitaan rakyat Banyuwangi yang kala itu tengah dijajah oleh Jepang.
Di bawah kependudukan Jepang, M Arief melihat rakyat Banyuwangi hidup semakin sengsara dari sebelumnya. Oleh karena itu, ia melayangkan protesnya lewat lagu.
Oleh karena itu, sebenarnya, lagu Genjer-Genjer bukan lah lagu yang digunakan PKI untuk berkampanye belaka. Lagu itu hadir sebagai kritik sosial yang lahir dari kegelisahan rakyat di masa penjajahan Jepang.
Musik dari lagu Genjer-Genjer disebutkan diadaptasi dari lagu dolanan berjudul Tong Alak Gentak.
Tanaman genjer (limnocharis flava) merupakan tanaman gulma yang tumbuh di rawa dan kerap dikonsumsi itik.
Genjer dipilih untuk menggambarkan kesengsaraan rakyat Banyuwangi kala itu, dengan penggambaran bahwa bahkan rakyat kini memakan daun genjer demi menyelamatkan diri dari kelaparan.
Lagu berisi kritik sosial itu kemudian menjadi populer setelah dinyanyikan oleh Bing Slamet dan Lilis Suryani pada 1962.
Kepopuleran lagu yang berkisah mengenai perjuangan kelas akar rumput itu, kemudian dimanfaatkan oleh PKI untuk menjadi lagu kampanye bagi mereka.
Sejak itulah citra lagu Genjer-Genjer begitu lekat dengan PKI. Bahkan hingga kini, setelah puluhan tahun berlalu sejak peristiwa 30 September 1965, lagu itu dan PKI masih kerap dikait-kaitkan.
Berikut lirik dari lagu Genjer-Genjer:
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
EmakΓ© thulik teka-teka mbubuti gΓ©njΓ©r
EmakΓ© thulik teka-teka mbubuti gΓ©njΓ©r
Emake jebeng padha tuku nggawa welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-gnjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Sega sak piring sambel jeruk ring pelanca
(srs/doc)