Rayhan Noor dan Agatha Pricilla baru saja mengeluarkan mini album berjudul Colors yang berisikan enam lagu. Dari nomor pertama hingga terakhir, mini album tersebut berkisah tentang perjalanan dan fase-fase menuju penerimaan selepas mengakhiri hubungan.
Berbeda dengan lagu-lagu yang pernah mereka tulis sebelumnya, proyek musik mereka tidak terinspirasi dari karya musik musisi lainnya. Referensi mereka justru datang dari film ber-genre romantis dan komedi romantis, sebut saja A Walk to Remember, The Holiday hingga Music & Lyrics.
"Kami dari awal selalu mengacu ke film-film dan soundtrack-soundtrack film romantic, romantic comedy. Mungkin secara musikal tidak bisa diambil garis besarnya, tapi kami menemukan ada satu warm, suatu closeness di soundtrack-soundtrack film seperti itu," kata Rayhan Noor dalam wawancara dengan detikcom, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang juga merupakan personel Glaskaca dan Lomba Sihir itu bercerita, ketika mencoba menulis Colors bersama Agatha Pricilla untuk pertama kali, dirinya teringat pada Someday We'll Know yang merupakan soundtrack dari A Walk to Remember.
Akan tetapi, Rayhan dan Pricil sepakat tidak ingin menggunakan lagu menjadi referensi. Oleh karena itu, dalam pembuatan lagu-lagu selanjutnya, mereka malah lebih banyak menonton film.
"Justru benang merahnya ada di feel-nya, bukan genre musiknya apa. Gue pakai referensinya secara visual, jadi gue bisa membayangkan, kalau pagi begini, malam begini. Variatif tapi warnanya ada di feel lagunya, bukan bebunyiannya," tutur Rayhan Noor lagi.
Proses penggarapan lagu-lagu dalam mini album Colors tidak memakan waktu yang panjang. Secara total, sejak proyek musik itu dimulai, mereka hanya membutuhkan waktu empat bulan hingga mini album Colors benar-benar rilis.
"Kalau dihitung dari pertama kali workshop itu empat bulan. Dari awal penulisan, jadi penulisan, aransemen, post-production, itu semua dilakukan dalam empat bulan," urai Rayhan.
Agatha Pricilla menambahkan selama proses penggarapan berlangsung, keduanya nyaris tidak menemukan rintangan yang berarti.
"Pas pertama kali workshop saja, kami (datang) dengan tangan kosong. Kami nggak ada referensi apa-apa, kami cuman, ya sudah bikin lagu apa. Terus akhirnya pas kami coba beberapa kali, oh ya sudah. Dan untungnya kami cepet nemu," cerita Pricil.
(srs/pus)