Perbaikan Ruang Musik Butuh Filantropi Bukan Sekadar Sponsor

Perbaikan Ruang Musik Butuh Filantropi Bukan Sekadar Sponsor

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Rabu, 07 Okt 2020 19:54 WIB
Festival Musik Jalanan
Foto: Istimewa
Jakarta -

Adanya ruang untuk bermusik menjadi salah satu faktor penting dalam pemajuan ekosistem musik. Ruang musik sebenarnya hadir dalam berbagai wujud, bisa pertunjukan, festival, dan lain-lain.

Namun untuk menghadirkan ruang musik ke tengah masyarakat, rupanya tidak hanya membutuhkan perbaikan infrastruktur fisik saja. Dalam diskusi Menilik Ruang Bermusik yang digelar Koalisi Seni, perbaikan ruang musik disebut membutuhkan dukungan berbagai pihak.

Hal itu diungkapkan oleh Heri Budiman selaku penggagas Festival Musik Rimbang Baling. Festival musik itu terbilang memiliki misi lingkungan untuk menyelamatkan hutan lindung di Provinsi Riau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, Festival Musik Rimbang Baling lebih membutuhkan dukungan dari donatur dan filantropi ketimbang sponsor untuk mempertahankan keberadaan festival itu sebagai ruang bermusik.

Terlebih apabila sponsor mengharuskan penyelenggara memasang spanduk dan baliho yang akan menjadi sampah dan mencemari lingkungan sehingga bertolak belakang dengan semangat yang dibangun oleh acara tersebut.

ADVERTISEMENT

"Kami perlu yang memberi dengan ikhlas. Kami juga tidak bisa menerima bantuan dari perusahaan kayu dan sawit yang merusak alam. Dari segi pemerintah, kami perlu kebijakan yang lebih pro alam," kata Heri.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Almira Joesoef yang merupakan penggagas dari acara musik musik intim yang rutin diadakan di sekitar Jakarta, Sofar Sounds. Acara itu telah menjadi ruang untuk memperkenalkan musisi pendatang baru ke khalayak.

Almira mengatakan ada banyak pihak yang perlu memberi dukungan lebih, mulai dari fasilitas, apresiasi hingga finansial.

"Kita perlu dukungan bukan cuma dari pemerintah, tapi dari semua sektor karena kita membangun ekosistem. Bantuan apapun akan berarti, yang terpenting adalah kerja samanya," tutur Amira.

Sedangkan peneliti dangdut Michael HB Raditya mengutarakan selain infrastruktur, ada tantangan soal perizinan, terutama dalam pertunjukan musik dangdut.

"Sekarang, beberapa pemerintah daerah mengelola izin dengan mengharuskan musisi dangdut mendaftar dan mendapatkan kartu. Pendataan oleh pemerintah ini langkah strategis, tapi sayang kalau alasan pendataan hanya perkara izin," papar dia.

"Dari segi asosiasi, banyak yang fungsinya cuma pendataan. Padahal, asosiasi bisa berperan penting untuk edukasi, pembinaan, dan urun rembuk hal yang lebih krusial," sambungnya.

(srs/aay)

Hide Ads