Ketika Industri Musik dan Hiburan Meliburkan Diri dalam Blackout Tuesday

Ketika Industri Musik dan Hiburan Meliburkan Diri dalam Blackout Tuesday

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Minggu, 12 Jul 2020 17:12 WIB
Blackout Tuesday
Foto: dok. Instagram
Jakarta -

Gelombang protes terhadap tindakan rasial yang dipicu oleh meninggalnya George Floyd, Breonna Taylor, Ahmaud Arbery dan sejumlah peristiwa rasialisme lainnya sempat membesar dan memicu industri hiburan untuk ikut bergerak.

Lewat gerakan Blackout Tuesday, sejumlah perusahaan industri hiburan, termasuk musik, menyatakan 'mogok kerja' pada awal bulan lalu tepatnya pada Selasa, 2 Juni 2020.

Tercatat ada sejumlah label rekaman ikut serta dalam gerakan Blackout Tuesday tersebut. Dilaporkan oleh Rolling Stone, tiga perusahaan rekaman besar, yakni Warner Music Group, Sony Music, dan Universal Music Group menyatakan keikutsertaan mereka dalam gerakan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan rekaman yang berpartisipasi dalam gerakan Blackout Tuesday tersebut akan tutup secara operasional pada 2 Juni 2020.

Dengan tanda pagar #TheShowMustBePaused, gerakan tersebut ditujukan pada perusahaan hiburan karena produk hiburan dianggap sebagai gerbang penjaga budaya dimana kebudayaan terbentuk lewat konten hiburan.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Pitchfork, Jamila Thomas (dari Atlantic Records) dan Brianna Agyemang (dari Platoon, pernah bekerja di Atlantic) sebagai salah satu penggagas, dalam situs resmi gerakan itu, mengatakan, "Kami tidak akan terus menjalankan bisnis seperti biasa tanpa memperhatikan kaum kulit hitam."

"Industri musik adalah industri dengan penghasilan milyar dollar. Industri ini diuntungkan oleh karya seni orang-orang kulit hitam," sambung mereka.

Dalam keterangan yang dilansir Rolling Stone, pihak Columbia Records secara terbuka menyatakan sikap dukungannya terhadap gerakan tersebut.

"Kami berdiri bersama komunitas kulit hitam melawan semua tindakan rasisme, fanatisme dan kekerasan," tulis mereka.

"Saat ini, lebih dari yang sebelumnya, kita harus meninggikan suara kita untuk bicara dan menantang semua ketidakadilan di sekeliling kita," sambung label itu.

Lebih jauh, Jamila Thomas dan Brianna Agyemang mengatakan gerakan ini tidak akan selesai hanya dalam waktu satu hari. Mereka telah menyiapkan #TheShowMustBePaused dalam jangka waktu yang panjang.

"Ini bukan hanya inisiatif 24 jam. Kami akan berada dalam pertarungan ini untuk jangka panjang. Rencana tindakan selanjutnya akan diumumkan," ujar mereka dalam keterangan.

Rupanya selain menjadi gerakan di industri hiburan, tanda pagar #BlackoutTuesday juga sempat ramai di media sosial. Sejumlah orang mengunggah foto hitam dengan tanda pagar tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap gerakan Black Lives Matter.




(srs/nu2)

Hide Ads