![]() |
"Izinkan saya di tengah keriaan ini izinkan saya menyanyikan lagu untuk tanah Papua," ungkapnya ketika tampil di panggung Synchronize Fest pada Oktober 2019.
"Jangan pernah percaya pada propaganda yang mengatakan kalau orang-orang Papua itu jahat, itu tidak benar sama sekali. Orang-orang yang punya kepentingan politik untuk memecah belah itu yang jahat," tegasnya lagi. Dia kemudian membawakan 'Tanah Perjanjian' dan 'Yamko Rambe Yamko' setelahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulisannya mengenai pembebasan tahanan politik juga sempat dimuat oleh salah satu media massa yang berbasis di Jakarta. Aktivis Veronica Koman di akun Twitter-nya mengungkapkan bahwa Glenn pernah menawarkan bantuan dan menunjukan simpati atas perjuangannya.
"Sedih sekali atas kepergian @GlennFredly, artis dengan bakat dan jiwa kemanusiaan luar biasa, sahabat para aktivis. Ia pernah 2x tanya ke saya ia bisa bantu apa, ketika terjadi penangkapan massal terhadap mahasiswa Papua, atas peristiwa yang berbeda," kicaunya.
![]() |
Selain itu, perjalanan Ambon sebagai Kota Musik juga tidak lepas dari perhatiannya. Ketika Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik oleh UNESCO, dirinya turut merayakan hal itu di atas panggung festival musik Sewindu yang berlangsung pada November 2019 lalu.
"Kemarin badan internasional dari UNESCO menetapkan Ambon sebagai kota musik pertama di Asia Tenggara. Ini adalah kerja kolektif bentuk cinta terhadap Indonesia," katanya ketika di atas panggung sebelum kemudian menyanyikan 'Rame-Rame'.
Kini sang musisi sekaligus pegiat aktivisme musik itu telah tiada. Karya-karyanya akan selalu dikenang dan membekas di hati mereka yang telah tersentuh oleh nada dan lirik ciptaannya.
(srs/wes)