Misalnya lagu 'Di Kaki Tangkuban Perahu' yang berkisah mengenai kisah petani di kaki Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat yang pada masa 1960-an kerap melakukan aksi protes demi mengubah nasib mereka.
Ada pula lagu 'Tani Menggugah Hati' yang ditulis oleh salah satu penyintas personel Dialita di Penjara Plantungan, Jawa Tengah. Lagu tersebut berkisah mengenai bagaimana berkebun dapat menjadi penghibur mereka saat berada di dalam tahanan.
Lirik-lirik dari lagu Dialita sebenarnya ditulis dengan bahasa sederhana. Namun karena kesederhanaan itulah yang menjadi kekuatan dari lagu-lagunya dan membuat kisah di belakangnya mudah dimengerti pendengarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab lagu itu merupakan lagu yang dibuat untuk pekan olahraga Ganefo yang berlangsung di Gelora Bung Karno pada 1962.
Ganefo digagas sebagai tandingan dari Olimpiade. Diperuntukkan bagi negara-negara berkembang sebagai kritik karena Indonesia pernah di skorsing dalam Olimpiade pada masa itu.
Lewat musik dan cara yang sederhana, Dualita mengajarkan bahwa sejarah tidak melulu mengenai wacana dan peristiwa besar.
Sejarah juga dapat diteropong dan dituturkan melalui pengalaman keseharian perempuan yang menjadi penyintas dari sejarah tersebut. (wes/wes)