Meski awal tahun 2000-an adalah era keemasan pentas seni, namun hingga kini, berbagai sekolah masih rutin mengadakan pensi.
"Sekarang pensi memang masih ada, cuma memang nggak se-masiv dulu. Sekarang kayanya ya balik diadakan di sekolahnya," ujar vokalis The Upstairs, Jimi Multhazam, yang bandnya pernah menjadi primadona pensi pada masanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pentas Seni Dulu dan Kini |
Namun untuk bertahan dan tetap menjadi pilihan, pentas seni sudah seharusnya bebenah.
"Sebenarnya masih relevan saja ya, cuma ya memang kudu kreatif lah. Bentuknya nggak mungkin kaya gitu-gitu lagi. Kalau mengulang hal-hal yang lama justru akan terasa monoton," kata Jimi.
Pensi Menurut Ale 'The Adams'
Ilustrasi Penonton Konser Foto: Hanif Hawari
|
Ia mengatakan, bila diurai dengan sejarah yang panjang, pentas seni berjasa membuat seni menjadi 'membumi'.
"Kalau dulu kan, pensi itu kemepemilikannya lebih eksklusif, yang tampil tuh tari saman, bukan pop culture. Nah ketika munculnya era pensi, tiba-tiba semua band main, semua genre yang berbeda, dari yang new wave, indie rock, power pop," terang Ale.
Berkaca dari banyaknya festival musik yang kini digandrungi remaja, menurut Ale, sudah saatnya pentas seni berubah wajah.
Bila dulu pensi sekolah hanya menampilkan musik, menurutnya, alangkah baiknya bila pensi di masa sekarang dapat pula menampilkan kesenian dalam bentuk yang lain.
"Kalau ingin mengulang masa itu lagi (masa kejayaan pensi), nggak ada masalah. Tapi sudah harus hybrid ya sekarang. Kalau dulu kan acaranya hanya musik saja," ungkapnya.
Sejumlah pentas seni yang berhasil dinilai Ale juga sekaligus dapat mengangkat citra sekolah. "Pensi biasanya ngasih lihat image sekolahnya, akhirnya nggak jarang guru dan sekolah juga terlibat," ucapnya.
Halaman 2 dari 2