SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi kami, 'One More Light' adalah album yang sangat personal dan terapeutik. Kami dipengaruhi oleh sejumlah aspek dalam hidup yang tak bisa kami bagi dengan orang lain, dan memilih untuk menghadapinya sendiri," ujarnya.
"Kami memasukkan berbagai isu dan situasi dalam proses penulisan. Saat kau mendengarnya dalam konteks musik, ada harapan dan rasa untuk terus maju, dan dari situlah semua berasal," lanjut Chester Bennington.
Lebih lanjut, Chester Bennington mengaku proses pembuatan album tersebut membantunya terus berjuang menghadapi gangguan kejiwaan yang ia alami. Proses tersebut juga membantunya fokus soal hal yang terpenting dalam hidupnya.
"Aku sampai pada titik hidupku saat aku merasa, 'Aku bisa saja menyerah dan mati saja atau berjuang untuk apa yang kuinginkan.' Dan aku memilih untuk terus berjuang. Aku ingin punya hubungan yang baik. Aku ingin mencintai orang-orang di hidupku. Aku ingin menikmati pekerjaanku. Aku ingin menikmati saat-saat menjadi ayah, dan punya teman, dan hanya bangun di pagi hari saja. Karena itulah arti perjuangan bagiku," ungkap Chester.
Namun secara tragis, empat bulan setelah wawancara tersebut, Chester Bennington meninggal dunia karena gantung diri di kediamannya di Palos Verdes Estates, Los Angeles. Ia mengembuskan napas terakhir di usia 41 tahun dan meninggalkan enam orang anak.