'Keris Sakti' Leo Kristi

'Keris Sakti' Leo Kristi

Dicky Ardian - detikHot
Minggu, 21 Mei 2017 10:40 WIB
Leo Kristi Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Leo Kristi kecil merupakan bocah biasa yang kerap bermain bersama anak sebayanya di kampung dekat rumahnya. Lahir di Surabaya, 8 Agustus 1949, ia sebenarnya diberi nama Imam Sukarno.

Saksikan video 20detik mengenai Karya-karya Leo Kristi di sini:


Zodiak Leo yang kemudian membuat sang maestro diberi julukan tersebut. Lalu, dari mana asal nama Kristi?

Mengutip dari tulisan yang dibuat oleh Ramdan, LKer (penikmat musik Leo Kristi), nama akhiran itu berasal dari kalimat yang diungkapkan oleh ayah Leo Kristi yang berprofesi sebagai birokrat pajak. Sebuah gitar Ibanez hitam diwariskan kepada sang anak sebagai 'senjatanya'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto: Selamat Jalan 'Musisi Pengelana' Leo Kristi

"Gitar itu keris saktimu," ujar sang ayah yang kala itu sudah melihat bakat musik Leo. Keris sakti tersebut yang kemudian disingkat menjadi Kristi.

Meski kuliah di Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Leo Kristi ternyata memang lebih nyaman bermusik. Ilmu memetik gitar ia dapat dari Tino Kerdijk.

Menghabisi masa mudanya, pada 1960-an, Leo Kristi membentuk kelompol musik Lemon Trees bersama mendiang Gombloh. Lahir pula sebuah band bersama Harry Dharsono yang kini dikenal sebagai desainer.

Leo KristiLeo Kristi Foto: Rengga Sancaya
Berjalan waktu, Leo Kristi menelurkan 'Serenada Pagi 1971' sebagai single pertamanya. Kemudian lahir juga Konser Rakyat Leo Kristi pada 1975 yang juga menggandeng vokalis perempuan kakak beradik Lita Jonathans dan Jilly Jonathans.

Kesuksesan Konser Rakyat Leo Kristi saat itu memang tak perlu diragukan lagi. Musik folk, latin, etnik sampai gambus berlirik balada puitis sukses membawa mereka menjadi grup yang begitu dikenal.

Sampai-sampai, di album kedua, Irama Tara yang merupakan perusahan rekaman terkemuka di Jakarta saat itu tertarik untuk bekerja sama. 'Nyanyian Malam' pun lahir pada 1977 dengan single berjudul sama.

Kesuksesan Konser Rakyat Leo Kristi pun berlanjut hingga album demi album. Lahir pula nyanyian yang menyindir pembangunan yang terus berpusat di Ibu Kota berjudul 'Sayang Disayang Oh Jakarta'.

Menginjak 1993, Konser Rakyat Leo Kristi mencapai puncaknya. Album nomor 10, 'Catur Paramita' begitu sukses diaransemen oleh gitaris God Bless, Ian Antono. Disusul juga album kesebelas hingga tiga belas yang juga mengambil hati para LKer.

Namun kini, sepertinya memang sudah menjadi saat yang tepat untuk Leo Kristi beristirahat. Ia harus terlelap usai berjuang melawan penyakit yang ia derita selama setidaknya sebulan terakhir.

Yang kehilangan memang bukan hanya keluarga, tapi juga LKer yang bahkan baru saja menggelar sebuah konser penggalangan dana untuk sang legenda.

Selamat jalan, Leo Kristi. (dar/dar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads