"We No Need No Emo Part 2," Ajang Gaulnya Emo Kids
Minggu, 03 Apr 2005 11:20 WIB
Jakarta - Biar makin dikenal band-band Emo unjuk gigi Minggu (2//2005) di Avenue. Acara itu juga jadi tempat gatheringnya para pecinta Emo.Emo mungkin bukan musik yang familiar ditelinga sebagian besar pecinta musik Indonesia. Emo yang kependekan dari emotions, baru mulai berkembang di sini sejak akhir tahun 2003.Untuk memasyarakatkan Emo, beberapa anak muda yang jadi pecinta musik ini menggelar acara bertajuk "We No Need No Emo Part 2." Acara yangberlangsung di Avenue, Hotel Sari Pan Pacific itu diserbu sebagian besar pecinta Emo yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya."Tahun lalu, di hari yang sama kita sudah pernah bikin aara seperti ini. Konsepnya sih meet and greet anak-anak Emo aja. Apalagiacara-acara Emo itu belum terlalu banyak," cerita Project Manager "We Need No Emo," Yudi Evonica.Sejak pukul 16:00, sekitar 10 band-band Emo yang berasal dari Jakarta, Bandung, Depok, Yogyakarta dan Malaysia tampil menghingar-bingarkan suasana. Di tiga band awal yang tampil sebenarnya acara ini belum terlihat terlalu ramai. Bahkan pecinta Emo yang sudah datang pun masih terlihat duduk-duduk di bangku penoton. Padahal biasanya setiap sebuah band Emo manggung aksi moshing nggak mungkin dilewatkan oleh mereka.Suasana baru memanas ketika menjelang malam. Empat band Emo yang bisa dikatakan sudah punya nama dikalangan Emo kids (sebutan untuk pecinta Emo) yaitu "Virgin Mary," "13 Conversation," "For the Flames Beneath Your Bridge" dan "DaggerStab," langsung membuat penonton ber-moshing ria.Band yang jadi penutup adalah band Emo asal Malaysia "Elisebelle Tears." Menurut Yuri Evonica, "Elisebelle Tears" sengaja diundang karena band tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu band Emo terbaik di Malaysia.Ketika berbincang dengan detikhot, "Elisebelle Tears" sendiri mengaku cukup senang diundang untuk main di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Apalagi di Malaysia, perkembangan Emo tidak sepesat di Indonesia."Kami datang, karena kami ingin memperluas pengetahuan band. Kami juga igin melihat seperti apa band-band Emo di Indonesia," jelas salah satu personil band asal Kuala Lumpur, Malaysia itu. Bagi orang awam yang tidak terlalu mengenal musik Emo, mungkin acara "We Need No Emo" akan menjadi pemandangan yang menarik. Mulai dari musik yang mereka mainkan hingga gaya dandanan para Emo kids sangat berciri khas."Bedanya Emo dengan musik-musik rock lain adalah di lirik. Semua lagu-lagu Emo itu kebanyakan love songs. Lirik mereka tentang itu cukup kuat," ujar sang Project Manager yang akrab dipanggil Yuri itu.Nada yang sama juga datang dari Milli, siswi SMU Bina Nusantara. "Emo, it's all about love songs, tapi dinyanyiin dengan teriak-teriak. Liriknya juga nggak sarkastik kayak musik-musik hardcore. Tapi Emo juga nggak selalu teriak terus, ada naik turunnya," katanya.Mengenai gaya dandanan yang berciri khas sangat terlihat dari sebagian besar Emo kids yang datang ke "We Need No Emo." Mereka pasti menggunakan baju berwarna hitam, celana hipster yang mudah melorot agar celana boxer mereka kelihatan, sepatu converse butut dan rambut yang dipotong ala "mowhak ubud" (rambut sedikit botak dibagian belakang dan samping, tengah di bentuk mowhak dan rambut bagian depan dibiarkan panjang seperti poni). (eny/)