Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus dituntut untuk memberi inovasi. Posisinya sebagai perpanjangan tangan pemerintah soal kreativitas, masih dipertanyakan.
Sejak berdiri 2015, Bekraf memang punya banyak sekali pekerjaan rumah. Mulai dari urusan pendanaan para seniman nasional, sampai urusan regulasi royalti dan hak cipta karya-karya mereka.
Terbaru, Bekraf memberi fokus kepada musik dangdut. Lembaga pimpinan Triawan Munaf itu sedang menyiapkan perangkat, untuk menduniakan dangdut seperti musik reggae.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat saja reggae yang berhasil mendunia, padahal berasal dari kota kecil, Jamaika. Kita punya dangdut yang eksotis, kenapa nggak bisa membuat hal yang serupa. Lewat berangkatnya Ikke Nurjanah ke Amerika Serikat, adalah momentum baik untuk menyusun rencana baru yang besar," sambung Ricky lagi.
Ikke Nurjanah memang dijadwalkan 1-15 September mendatang bertolak ke Amerika Serikat. Pelantun 'Terlena' itu diundang untuk tampil, sekaligus melakukan presentasi dan bedah buku tentang dangdut di empat kota, Washinton D.C, Philadelphia, Pittsburgh dan New York City.
Selain turut mendukung Ikke, Bekraf pun sedang menyiapkan sistem untuk mewujudkan mimpi tersebut.
"Kami akan membuat payung dalam rangka menduniakan dangdut. Kami akan lihat peluangnya dan evaluasinya setelah kepulangan Ikke. Biar kami dapat gambaran jelas. Sehingga, payung ini nanti bisa membawa pedangdut-pedangdut lainnya," jelas Ricky.
"Saya rasa, Bekraf butuh waktu enam bulan untuk menyiapkan seluruh sistemnya," tegas Ricky sekaligus menutup obrolan. (mif/mmu)











































