Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) selaku perpanjangan tangan negara dalam soal kesenian di Indonesia, baru saja meresmikan sebuah hubungan baru. Yakni, antara dirinya dan yayasan pengarsipan dan pendataan musik nasional, Irama Nusantara.
Hubungan keduanya bertujuan untuk lebih bisa menjaring lebih banyak musik yang tersebar di berbagai penjuru. Bahkan meluaskan tahun pencarian Irama Nusantara yang sebelumnya dari 1950-1980, menjadi 1920 sampai 1980-an.
"Di sini ada urgensi untuk melakukan upaya pengarsipan dan pelestariannya yang lebih tinggi dibandingkan koleksi musik terkini. Selain itu, kami melihat bahwa era tersebut dapat disebut sebagai titik awal industri musik populer di Indonesia," buka David Tarigan dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Jumat (3/6/2016), soal kenapa rentang waktu yang dipilih 1920-1980-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irama Nusantara sudah berjalan mandiri mengarsipkan musik sejak 2013. Di dalamnya ada nama-nama seperti David Tarigan, Christoforus Priyonugroho, Toma Avianda, Alvin Yunata, Dian Onno, Norman Illyas dan Mayumi Haryoto. Untuk bisa diakses publik, Irama Nusantara kemudian mendirikan situs, iramanusantara.org.
![]() Situs iramanusantara.org |
Kurang lebih ada 1,000 lebih rekaman fisik yang sudah didigitalisasi oleh Irama Nusantara. 72 musisi terdaftar, mulai dari Acil Bimbo, Bing Slamet, Chrisye, Krisbiantoro, The Rollies sampai Mus Mulyadi.
"Melalui kerjasama ini, kami optimis ingin menyediakan 100 rilisan digital di setiap bulan," timpal David lagi.
![]() |
"Kami berharap koleksi musik masa kini dapat menambah kekayaan ranah musik Indonesia. Untuk itu, kami ingin melakukan pendekatan kepada berbagai pihak dan mengundang setiap pecinta musik Indonesia untuk terlibat dalam gerakan ini," sambung Alvin Yunata.
Saat ini, siapapun bisa menikmati musik-musik masa lampau yang sudah dikerjakan di situs iramanusantara.org. Selain melihat seperti apa wajah para musisi dan sampul albumnya, masyarakat pun dapat menikmati tiap lagu-lagu di dalamnya secara gratis.