Album berjudul 'Satu (2015)' menjadi gebrakan baru dari Iwan Fals. Solois gaek itu berkolaborasi dengan empat band masa kini, NOAH, Nidji, Geisha dan d'Masiv.
"Dapat pengalaman-pengalaman, mereka itu unik punya kelebihan masing-masing. Ini berangkat kan dari kerinduan untuk membuat sesuatu," ucap Iwan Fals saat menggelar jumpa pers di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2016).
Untuk urusan rasa, Iwan Fals mengaku tidak mudah. Butuh waktu panjang bagi Tiga Bambu selaku manajemen Iwan dan Musica Studio's sebagai perusahaan rekaman yang membawhi empat band tersebut, untuk menentukan lagu apa saja yang masuk ke dalam album.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara garis besar 'Satu (2015)' mengusung konsep album bernapaskan 'Bhinneka Tunggal Ika', dimana semua pengisi album mengusung ciri khas masing-masing ke dalam 10 lagu. Keragaman itu pun kemudian melebur menjadi satu benang merah musik yang berkualitas dan enak didengarkan. Ikut juga di dalamnya, produser Inggris Steve Lillywhite.
Sedikit bocoran, lagu-lagu di dalamnya memuat hits lawas Iwan Fals yang didaur ulang atau materi yang sepenuhnya baru. Ada 'Yang Terlupakan', 'Pesawat Tempur', 'Izinkan Aku Menyayangimu' dan 'Entah', serta karya baru seperti 'Para Penerka', 'Tak Seimbang', 'Satu-satunya', 'Hidup yang Hebat' dan 'Abadi'.
"Ada rasa senang, bangga. Pertama dengar ini kayak flashback. Sekarang tiba-tiba dapat kesempatan untuk versi baru," komentar Ariel soal album 'Satu (2015)'.
"Ini jadi perjalanan sejarahnya d'Masiv. Aku punya CD, kaset dan piringan hitam Bang Iwan, karena aku nge-fans. Bahkan piringan hitam ada 12. Ketika diajak bergabung itu jadi sebuah energi yang bikin semangat karena bekerjasama dengan orang yang jadi idola dan pahlawan," tambah Ryan mewakili d'Masiv sekaligus menutup wawancara. (pus/mif)