"Semua orang punya alasan sendiri kenapa jadi musisi. Kalau aku ingin jadi musisi karena ini hidupku. Tanpa musik, aku mati," tegas penyanyi 22 tahun itu dalam jumpa pers di Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2015).
"Sejak umur tujuh tahun aku ngerasa musik adalah passion karena aku nggak pernah dipaksa untuk main musik. Tapi, dari kecil, tujuh sampai delapan jam sehari main alat musik. Minta les musik, sampai aku akhirnya ambil sekolah musik dan lulus. Aku ingin musik bukan jadi hobi tapi profesi," sambungnya tegas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang kalimat itu bukan sekedar 'gertak sambel' bagi Isyana Sarasvati. Tiga kali juara Grand Prix Asia Pasific Electone Festival, pada 2005, 2008 dan 2011, berhasil diraihnya. Dirinya pun mendapat gelar satu dari 15 komposer electone terbaik dunia.
Pemerintah Singapura mengganjar Isyana yang saat itu masih berusia 16 tahun dengan beasiswa penuh di Nanyang Academy of Fine Arts jurusan Music Performance. Lulus dari Singapura 2013, beasiswa lain datang tanpa perintah. Kali ini berasal dari Royal College of Music London, Inggris. Hebatnya, pelantun 'Kau Adalah' itu lulus dengan cumlaude.
"Menjadi musisi adalah cita-cita aku dari kecil. Dulu waktu SD ditanya sama guru cita-citanya mau jadi apa, aku sudah bilang mau jadi orang yang ngondak musik. Aku mau jadi maestro," tutupnya seraya tersenyum. (mif/tia)











































