Napas Terakhir Toko Kaset dan CD Musik di Dunia

Napas Terakhir Toko Kaset dan CD Musik di Dunia

- detikHot
Selasa, 10 Des 2013 15:10 WIB
1.

Napas Terakhir Toko Kaset dan CD Musik di Dunia

Napas Terakhir Toko Kaset dan CD Musik di Dunia
Jakarta - Era digital yang semakin marak sejak abad milenium memasuki dunia tak pelak berdampak juga pada industri musik secara internasional. Terutama pada bentuk dari karya para musisi yang mengalami transformasi, mulai dari pita dan piringan hitam, Compact Disc (CD) sampai dengan beralih pada digital download.

Bukan tanpa masalah, evolusi itu juga secara nyata mengubah budaya konsumen global. Konsumen musik semakin jarang menelusuri rak demi rak di toko kaset dan CD hingga akhirnya toko-toko tersebut berguguran. Contoh paling dekat, seperti yang baru saja terjadi di Indonesia, Aquarius Musikindo Stores yang akhirnya mau tak mau menutup outlet terakhirnya di Jakarta.

Berikut detikHOT merangkum perusahaan retailer kaset dan CD di dunia yang sekarat mempertahankan nyawa terakhir mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


'His Master's Voice' atau bisa dikenal dengan HMV, adalah salah satu perusahaan retail tertua yang bergerak di bidang pendistribusian CD di Inggris dan di dunia. Meski tak hanya sekedar musik (ada buku, film, video games sampai majalah), perusahaan yang berdiri sejak 1921 itu dikenal luas sebagai perusahaan yang selalu jadi acuan dengan lengkapnya koleksi CD musik.

Memiliki lebih dari 230 toko di daratan Inggris sampai Asia, penurunan jumlah pembelian karya fisik musik menjadikan HMV menutup seluruh tokonya di negeri Paman Sam, Amerika pada 2004. Menyusul setelahnya, Kanada dengan menjual saham HMV pada pihak swasta yang berhak atas 113 toko pada 2011.

Sampai akhirnya di awal 2013, HMV mau tak mau menutup seluruh tokonya di kawasan Irlandia dan tak bisa memperpanjang pinjamannya kepada bank. Di Inggris sendiri, Toko CD terlengkap ini hanya tersisia di beberapa bagian, di antaranya wilayah Birminghma, Bullring Center dan Fort Shopping Park.

Masih dari daratan milik Ratu Elizabeth, Inggris, Virgin Megastore, juga dewasa ini sedang sekarat mempertahankan toko-tokonya di berbagai belahan dunia. Pertama kali melayani pecinta musik pada tahun 1979, Virgin Megastores pun bisa dikatakan benar-benar bangkrut dengan hanya menyisakan Timur Tengah (Abu Dhabi, Dubai, Maroko, Yordania) dari 12 negara pada awalnya.

Pada 2008, seluruh toko di Inggris dan Irlandia tutup, disambung Jepang setahun setelahnya dengan mentup 22 toko. Lalu berturut-turut, Italia, Spanyol, Belanda dan Yunani. Di Amerika sendiri, Virgin Megastores hanya menyisakan dua dari 23 toko.

Beralih ke Benua Amerika, ada perusahaan retail bernama Tower Records. Bertahan selama 46 tahun, akhirnya Tower Records dan seluruh outletnya di Amerika dan Inggris (Birmingham dan Glasgow), gugur tak bersisa. Di negara lain seperti Thailand dan Meksiko, Tower Records pun harus berpindah kepemilikan agar terus berjalan.

Bahkan yang menarik, Tower Records Shibuya, Jepang. Dibangun pada tahun 1979 sebanyak sembilan lantai, Tower Records Shibuya menjelma menjadi satu-satunya ikon musik yang bertahan hingga saat ini di Tokyo secara mandiri.

Bisa dibilang, Sam Goody, salah satu yang cukup keras berusaha mempertahankan 226 outletnya yang tersebar di Amerika dan Inggris. Terhitung tahun 2006, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bahwa Sam Groody tak bisa lagi bertahan dan harus menutup 30an outletnya di Amerika.

Mencoba kembali lewat akusisi dengan perusahaan lain, nyawa Sam Groody tak kunjung stabil meski telah menambah hingga sampai 300 toko, bahkan dengan sekejap, Sam Groody menyisakan 170 tokoΒ  sebelum tahun 2006 usai. Setelah diperkecil dan berpindah-pindah lokasi, sampai berganti nama menjadi 'Sam Goody Rural', taktik itupun tak kunjung membuat ratusan Compact Disc (CD) yang mereka miliki bertahan dan dibeli pengunjung.

Di tahun 2008, Sam Goody Rural hanya tinggal menyisakan satu toko di Amerika, yaitu di San Diego, negara bagian California. Dan tahun 2012, kaki-tangan terakhir Sam Goody tutup dan lenyap dari industri musik dunia.

Awalanya berdiri sebagai perusahaan rekaman di tahun 1969 bernama Aquarius Music, memasuki akhir 80-an Aquarius Music berganti nama menjadi Aquarius Musikindo dan mulai menjadi retailer bagi album-album dalam dan luar negeri melalui kerjasam dengan berbagai label musik.

Wujud keseriusannya, dilakukan lewat membangunan sejumlah toko kaset dan CD, Mahakam (Jakarta), Pondok Indah (Jakarta), Dago (Bandung) dan Surabaya, yang kemudian dikenal sebagai toko kaset dan CD terbaik yang ada di Indonesia sejak tahun 1995.

Namun, sama seperti pendahulunya di Amerika dan Inggris, toko-toko Aquarius berguguran, Bandung dan Surabaya di tahun 2009, dan Aquarius Pondok Indah pada tahun 2010. Dan terakhir, Aquarius Mahakam, Blok M, Jakarta, yang diperkirakan hanya akan hidup sampai akhir tahun 2013 ini.

Hide Ads