"Saya main biola atau bekerja itu karena Allah. Saya nggak pernah main bola buat orang. Main biola itu buat saya ibadah," tutur Idris Sardi saat diwawancarai di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, belum lama ini.
Walaupun telah diakui sebagai maestro, pria kelahiran Jakarta, 7 Juni 1938 itu lebih suka menyebut dirinya sebagai pengamen beruntung. "Bayangkan dari Presiden Sukarno, Soeharto, Gusdur, SBY sama saya deket," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap saya main saya berdoa, ya Allah izinkan kami dengan teman-teman mensyiarkan ciptaanmu melalui permainan musik kami, untuk membahagiakan banyak orang dan menambah kecintaan mereka kepadamu ya Allah," ucapnya.
Ayah dari aktor Lukman Sardi itu bahkan dengan rendah hati menilai dirinya 'tak bisa bermain biola'. "Makin bagus saya main, berarti malaikat makin banyak. Malaikat yang turun karena saya main buat Allah. Idris nggak bisa apa-apa, nyawa aja nggak punya," paparnya.
"Kalau saya main, sampai saat ini banyak yang nangis. Itu bukti yang main itu bukan saya," tambah musisi yang laris sebagai penata musik film Indonesia di masa kejayaannya itu.
Malam ini, budayawan dan politisi Fadli Zon akan meluncurkan buku berjudul 'Idris Sardi: Perjalanan Maestro Biola Indonesia' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2012). Buku itu akan mengupas kisah hidup sang maestro secara mendalam.
(bar/mmu)