d'Masiv berdiri pada 3 Maret 2003. Ratusan festival musik mereka sambangi untuk menguji kelihaian bermusik Rian (vokal), Kiki (gitar), Rama (gitar), Rai (bass) dan Wahyu (drum). Hingga akhirnya mereka mendarat di ajang 'A Mild Wanted' pada 2007 silam.
Acara yang diikuti ribuan band dari penjuru Indonesia itu akhirnya berhasil dijawarai d'Masiv. Mereka pun mendapatkan kontrak rekaman dengan Musica Studios. Album 'Perubahan' kemudian dirilis setahun kemudian sebagai karya perdana mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring dengan langkah tertatih menuju puncak, d'Masiv harus mendengar komentar miring banyak orang. Mereka dicap sebagai band plagiat. Banyak nama-nama besar di kancah musik internasional yang disebut-sebut dicontek habis-habisan oleh mereka.
Namun seiring waktu berlalu, ternyata komentar tersebut larut dengan sendirinya. Komentar miring tidak berhasil membuat d'Masiv ditinggalkan pendengarnya. Angka penjualan album mereka pun tak bisa dibilang buruk hingga album 'Perjalanan' pada 2010 dikeluarkan.
"Ya itu satu per satu kita lewatin. Pas muncul isu miring, kita cuma bisa berserah pada Tuhan saja. Karena kita bukan sengaja melakukannya. Akhirnya doa kita terjawab, alhamdulillah," ujar Rian kepada detikHOT.
Maret lalu, d'Masiv mengeluarkan album ketiga 'Persiapan'. Para pemuda dari gang kecil di kawasan Ciledug, Jakarta Selatan itu merasa bersyukur melihat karier d'Masiv terus melaju hingga sekarang.
Tapi kesuksesan yang ingin mereka raih pun terus berkembang. d'Masiv tidak hanya puas dengan yang didapat saat ini. Mereka masih melirik kesempatan merambah musik internasional setelah sebelumnya sudah sempat keliling Asia untuk konser.
"Maunya harus sampai ke negara-negara Eropa. Nah itu juga bukan tidak butuh perjuangan. Maka perjuangan kita masih panjang untuk bisa sampai ke sana, tapi ya nggak nyerah. Kita harus buktiin bisa sampai sana," tutur Rian optimis.
Demi cita-cita itu pula, para personel d'Masiv kompak belajar mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mereka. d'Masiv tak mau membawa karya yang asal buat dan tidak bermakna.
"Setidaknya kalau udah sampai sana jangan cuma bisa yes dan no ajalah. Harus ngomong kalimat panjang," jelas Rian.
(yla/mmu)