Tokoh Bangsa yang Diangkat ke Layar Lebar

65 Tahun Film Indonesia

Tokoh Bangsa yang Diangkat ke Layar Lebar

- detikHot
Senin, 30 Mar 2015 11:40 WIB
Jakarta - "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya." Demikian perkataan presiden pertama Indonesia, Soekarno. Melalui film, generasi saat ini diajak untuk mengingat kembali tokoh-tokoh yang berjasa pada Tanah Air.

Meskipun film-film biopik sejarah ini tak terlalu mendulang hasil bagus ketika tayang di bioskop, namun beberapa produser film Indonesia masih optimis melawan gempuran pahlawan-pahlawan dari Hollywood yang memiliki baju besi dan kekuatan super. Sesuatu hal yang patutnya didukung penonton Indonesia.

detikHOT mengajak Anda menengok kembali beberapa film biopik yang sudah diproduksi selama satu dekade terakhir. Dimulai dari 'Sang Pencerah' arahan sutradara Hanung Bramantyo yang diadaptasi berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. 'Sang Pencerah' mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, Ahmad Dahlan juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Film yang dirilis pada 2010 ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Ihsan 'Idol' sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.

Selain tokoh dari Muhammadiyah, ada juga 'Sang Kiai' yang bercerita tentang kehidupan, dan peran pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari dalam proses kemerdekaan Indonesia. Sang tokoh utama yang dimainkan oleh Ikranegara itu terkenal dengan Resolusi Jihad yang menyulut perjuangan laskar santri dalam perang 10 November di Surabaya.

Baca Juga: Pembatasan Film Impor Bukan Solusi, Filmmaker Dituntut Perbaiki Kualitas Film Nasional

Film arahan sutradara Rako Prijanto itu berhasil membawa pulang empat Piala Citra, termasuk salah satunya sebagai Film Terbaik 2013. Film tersebut unggul dari '5 Cm', 'Belenggu', 'Habibie & Ainun', dan 'Laura & Marsha'.

Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, juga sudah difilmkan melalui bendera Multivision Plus Picture. Cerita dimulai tahun 1920-an, saat Soekarno muda tinggal di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya. Dari Cokroaminoto, Soekarno belajar menundukkan hati rakyat. Rakyat merupakan inspirasi Soekarno melakukan perjuangan melawan penjajah. Keinginan Soekarno satu: melihat Indonesia merdeka.

Perjuangannya menghadapi pemerintah Belanda dan melawan kekejaman penjajah Jepang, membuat Soekarno harus menjalani kehidupan dari penjara ke penjara. Dari lokasi pengasingan di Ende hingga Bengkulu.

Masa pembuangan di Bengkulu mempertemukan Soekaro dengan Fatmawati. Ketertarikan Soekarno terhadap Fatmawati, sama besarnya dengan hasratnya melihat Indonesia merdeka.

Soekarno menemukan jalan kemerdekaan Indonesia, ketika Jepang mengalami kekalahan perang Asia Timur Raya. Akhirnya pada 17 Agustus 1945, Soekarno bersama Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Film arahan Hanung Bramantyo ini menampilkan Ario Bayu sebagai pemeran Soekarno.

Tokoh agama terkenal kembali diangkat lewat film 'Soegija' yang merupakan persembahan sutradara Garin Nugroho. Film ini dikemas dengan setting Indonesia periode 1940-1950, dan mengikuti perjalanan Romo Soegijapranata yang diangkat Vatikan menjadi uskup pribumi pertama di Indonesia.

Baca Juga: Bioskop Dinilai Berhak Seleksi Film yang Akan Diputar

Pengangkatan itu terjadi di tengah situasi gejolak perang Asia-Pasific. Romo Soegija dilukiskan sebagai tokoh yang tak memikirkan dirinya sendiri, melainkan lebih mengutamakan keselamatan seluruh rakyat Indonesia, terutama yang berada di sekitar Semarang, Muntilan, Yogyakarta dan Magelang.

Soegija yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional itu diperankan oleh penyair dan kritikus sastra Nirwan Dewanto. Film ini juga menampilkan Butet Kartaradjasa dan Olga Lidya.

Ada satu film biopik lagi yang masih dalam tahap produksi, yakini 'Bung Hatta' garapan sutradara Erwin Arnada dan 'Guru Besar Tjokroaminoto' yang sebentar lagi dirilis. 'Guru Bangsa: Tjokroaminoto' nantinya tak hanya akan mengangkat penokohan sang guru bangsa, namun juga kehidupan di Surabaya pada tahun 1906. Banyak aktor senior yang kedapatan peran-peran pendukung seperti Christine Hakim, Didi Petet, hingga penampilan terakhir Alex Komang yang meninggal dunia pada 13 Februari lalu.

Dalam film, Alex berperan sebagai Hasan Ali Surati. Dia adalah pria keturunan India yang masuk Sarekat Islam (SI) bersama Tjokroaminoto. Hasan kemudian kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia.

Pada awalnya, organisasi yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing untuk menguasai ekonomi rakyat pada masa itu. Selanjutnya pada tahun 1912 berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto menggagas Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian berubah nama dan bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan Sarekat Islam.

Hos Tjokroaminoto mengubah yuridiksi SDI lebih luas yang dulunya hanya mencakupi permasalahan ekonomi dan sosial, ke arah politik dan agama untuk menyumbangkan semangat perjuangan Islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme pada masa tersebut. Film arahan sutradara Garin Nugroho itu juga menampilkan Chelsea Islan, Maia Estianty, Sujiwo Tejo hingga Dave Mahendra.

(ich/mmu)

Hide Ads