Dukun Magang, Horor Komedi tentang Akal Sehat Bertemu Ilmu Warisan

Dukun Magang, Horor Komedi tentang Akal Sehat Bertemu Ilmu Warisan

Pingkan Anggraini - detikHot
Selasa, 25 Nov 2025 20:20 WIB
Film Dukun Magang menggabungkan horor dan komedi, mengikuti Raka yang magang pada dukun legendaris. Cerita menyoroti benturan tradisi dan modernitas.
Foto: Dokumentasi
Jakarta -

Dens Vision Multimedia bakal merilis film horor yang dibalut komedi segar lewat Dukun Magang. Project ini juga digarap Denny Januar sebagai Produser Eksekutif dan Ki Semar RBS sebagai ide cerita atau pencetus.

Dukun Magang bercerita tentang Raka yang diperankan Jefan Nathanio. Raka adalah mahasiswa skeptis yang target hidupnya sederhana, yaitu lulus skripsi.

Ia terpaksa pulang ke Desa Kalimati bersama Sekar yang diperankan Hana Saraswati, mahasiswi cerdas pewaris tradisi keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu kesalahan membuka pintu petaka, Kuntilanak Hitam yang telah 12 tahun dikurung terlepas. Untuk menebus blunder itu, Raka akhirnya mencoba magang pada dukun legendaris Mbah Djambrong oleh Adi Sudirja.

ADVERTISEMENT

Raka harus belajar kilat dari topo patigeni, meracik kurungan ayam belang telon, hingga berburu tali pocong perawan sebuah perjalanan yang kocak, mencekam, sekaligus menguji nyali.

Di tangan Dukun Magang, benturan logika modern dan warisan ilmu tidak sekadar jadi bumbu, tetapi menjadi nyawa cerita. Ki Semar RBS menegaskan bahwa kegelisahan itulah yang menjadi titik awal lahirnya ide film ini.

"Ide Dukun Magang berangkat dari kegelisahan saya melihat banyak anak muda memutus hubungan dengan tradisi hanya karena merasa sudah modern. Lewat benturan Raka dan Mbah Djambrong, saya ingin menunjukkan bahwa akal sehat dan ilmu warisan sebenarnya bisa saling berdialog, bukan saling meniadakan," ujar Ki Semar, dalam keterangan persnya, Selasa (25/11/2025).

Melanjutkan ucapannya, gagasan itu lahir dari pertentangan antara logika modern dan kepercayaan tradisional yang masih hidup di masyarakat. Tokoh Raka mewakili generasi muda yang rasional dan skeptis, sementara Mbah Djambrong melambangkan ilmu warisan yang sarat nilai dan misteri.

Secara visual, benturan itu diterjemahkan melalui kontras dunia kampus yang terang, bersih, dan modern berlawanan dengan Desa Kalimati yang remang, berasap dupa, dan berpalet tanah.

"Komposisi gambar juga sengaja dibuat bertabrakan simetris di kampus, tapi berantakan dan organik di dunia dukun untuk menunjukkan benturan dua cara berpikir itu," sambung Ki Semar.

Di tengah ketegangan, hadir duo sahabat Boiman dan Fajar yang memantik tawa justru pada detik-detik paling tegang. Soal meramu komedi di jantung horor, sutradara menekankan ritme dramatik yang tetap serius dengan reaksi manusiawi sebagai sumber kelucuan.

Film ini menonjolkan atmosfer pedesaan yang kuat, ritme penceritaan yang gesit, serta set-piece mistis yang sangat Indonesia. Musik memacu adrenalin, sementara detail budaya lokal membuat horornya dekat sekaligus menghibur.

Deretan penampil Mo Sidik, Mang Osa, Norma Cinta, Salsabila, hingga special appearance Dodit Mulyanto ikut meramaikan layar, memperkaya lapisan komedi tanpa mengurangi rasa seramnya.

Sebagai pemungkas, Dukun Magang menyelipkan kejutan post-credit yang membuka jendela menuju misteri baru tanpa mengorbankan penutupan cerita utama.




(pig/mau)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads