Film Yang Terluka Soroti Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Digital

Film Yang Terluka Soroti Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Digital

Mauludi Rismoyo - detikHot
Minggu, 12 Okt 2025 17:37 WIB
film yang terluka
Film Yang Terluka Soroti Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Digital. (Foto: ist)
Jakarta -

Rumah produksi Project69 (P69) hadir dengan cerita getir dari pengaruh media sosial lewat film berjudul Yang Terluka. Film itu menyoroti arus informasi digital yang kerap mengeksploitasi tubuh perempuan tanpa persetujuan.

Yang Terluka dikemas dalam drama thriller. Film itu akan menggali luka-luka perempuan korban kekerasan seksual berbasis digital.

"Di tengah derasnya arus media sosial dan penyebaran informasi digital, banyak perempuan menjadi korban kekerasan seksual berbasis digital," kata Rico Michael, sutradara sekaligus penulis film, saat berbincang di Jakarta, Sabtu (11/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tubuh mereka kerap dieksploitasi, harga diri mereka direnggut, dan suara mereka dibungkam oleh sistem yang seringkali memihak pelaku yang umumnya para pria," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Rico mengungkap film ini hadir atas temuan fenomena kerentanan perempuan dalam ruang digital. Peristiwa seperti kisah tragis perempuan yang bunuh diri usai video intimnya tersebut pun turut jadi pemantik.

"Tentunya juga masih ada ratusan laporan di Komnas Perempuan tentang kekerasan digital yang tak kunjung ditangani secara tuntas. Dari sinilah kemudian muncul inspirasi untuk membuat film ini," ujarnya.

Yang Terluka punya target untuk mengubah cara masyarakat memandang perempuan. Filmnya diproduseri Donnie Sjech.

"Kami ingin menyampaikan bahwa 'malu' bukan milik korban, tapi pelaku serta tubuh dan martabat perempuan tidak boleh jadi alat penghakiman," tutur Donnie.

Film Yang Terluka menghadirkan deretan aktor besar, seperti Vinessa Inez, Dennis Adhiswara, Chika Wade, Dwi Sasono, Fanny Ghassani, dan banyak lainnya. Proyek ini kini tengah memasuki tahap workshop dan reading sebelum memulai syuting pada pertengahan November 2025.

"Lewat film ini, kami ingin membuka ruang diskusi, empati, dan perubahan. Karena di balik setiap kisah yang tersebar di layar, ada suara yang menunggu untuk didengar dan luka yang harus disembuhkan," tutup Donnie.




(mau/tia)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads