Di era sekarang, film yang berangkat dari cerita novel sudah banyak menghias. Hasil dari filmnya pun kerap diterima atau bisa saja mengecewakan buat pembaca novel tersebut. Aktor dan produser Nicholas Saputra punya pandangan terkait perbedaan antara novel dan film.
Dalam acara Novel to Cinema Writing Academy, Nicholas menyebut film punya batas untuk menafsirkan isi dalam novel. Maka tak heran, jika adaptasi film dari novel ada yang menuai kekecewaan dari pembaca.
"Menurut saya, gak akan bisa sebuah film mencakup semua cerita dalam novel, karena adanya limitasi tertentu. Novel itu selalu punya kemelekatan secara personal dengan pembacanya, sedangkan film hal tersebut datang dari filmmaker," ujar Nicholas membuka diskusi di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (3/6/2025),
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintang film Ada Apa Dengan Cinta? itu juga tak ragu menyinggung posisi aktor yang tampak bebas, namun tetap terikat dalam memainkan karakter.
"Kalau pemain film itu diatur, sebebas-bebasnya tetap ada limitasi dari berbagai aspek," katanya.
Nicholas Saputra lalu mengingatkan satu hal yang paling penting adalah kejujuran dalam berakting.
"Akting itu bukan pura-pura, justru itu yang paling jujur. Ketika aktor masih berpura-pura, itu tandanya belum menjiwai," tuturnya.
"Film itu bukan panggung sandiwara. Kita di sini justru membuka topeng pura-pura kita dan menjadi satu dengan karakternya," lanjutnya menegaskan.
Seakan menjadi cerminan langsung dari semangat kejujuran dan orisinalitas, muncul nama Karisma Saktika Bestari Semesta. Peserta termuda dalam pelatihan itu mencuri perhatian lewat naskah orisinal yang ditulis sendiri berjudul Timun Mas in Wonderland.
"Sekarang kan sudah beda lagi zamannya, jadi kayak mikir 'seru ya' kalau misal Timun Mas zaman dahulu tuh bisa diadaptasikan jadi versi modern gitu," ujar gadis berusia 10 tahun asal Semarang itu.
Inspirasi Karisma menulis naskah itu datang dari kegelisahaan terhadap minimnya tontonan anak yang sesuai usia.
"Karena kan sekarang juga sudah jarang ya," katanya.
Lewat imajinasi segar yang dibumbui nilai lokal, Karisma berharap karyanya bisa menjembatani dunia tradisi dan modern.
"Harapannya semoga bisa banyak yang suka. Terus bisa, ngeimbangin, mungkin tahun-tahunan sekarang ya, bisa ngeimbangin buat anak-anak juga gitu sih," tuturnya.
Perlu diketahui, acara Novel to Cinema Writing akan bergulir empat hari mulai 3-6 Juli 2025. Dihadirkan oleh Salaka Credu, AND Read, dan Persada Pictures, program ini dihadiri Agung Sentausa, Robert Ronny, Andrei Aksana, Nina Pane, dan Nicholas Saputra. Program ini ditujukan untuk membangun support sistem alih wahana dua arah yang saling mendukung antara dunia film dan penulisan.
(mau/wes)