Hollywood Terpecah di Konflik Israel-Palestina

Hollywood Terpecah di Konflik Israel-Palestina

Asep Syaifullah - detikHot
Rabu, 22 Nov 2023 21:42 WIB
A view shows the iconic Hollywood sign overlooking Southern Californias film-and-television hub, after it was cleaned up after it was defaced overnight in the Hollywood Hills in Los Angeles, California, U.S. January 1, 2017.  REUTERS/Kevork Djansezian
Papan sign Hollywood. REUTERS/Kevork Djansezian
Jakarta -

Konflik berkepanjangan yang berujung pada pembantaian di Gaza membuat sejumlah masyarakat di seluruh dunia menyuarakan dukungan mereka, entah untuk Israel atau pun Palestina. Hal ini pula yang terjadi di industri hiburan terbesar di dunia yakni Hollywood.

Dilansir dari Variety disebutkan jika 4 hari setelah insiden 7 Oktober, WME (William Morris Endeavor) mengundang para asosiasi penulis Hollywood atau WGA untuk membantu menyuarakan serangan yang dilakukan oleh Hamas, namun mereka menolaknya dan memilih tetap diam di tengah konflik tersebut. Riak-riak dukungan terhadap Palestina pun mulai muncul setelah serangkaian serangan brutal yang dilakukan Israel.

Salah satu pekerja dalam agensi CAA yang menaungi Tom Cruise yakni Maha Dakhil pun menuliskan di Instagramnya soal dukungan terhadap masyarakat Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apa yang lebih menyakiti hatimu selain menyaksikan pembantaian? Menjadi saksi mata atas penyangkalan dari sebuah genosida yang benar-benar terjadi," tulisnya.

Akibat unggahan tersebut ia pun diminta oleh beberapa petinggi di sana untuk mengundurkan diri dan mengalami bully-ing. Untungnya Tom Cruise yang juga menjadi kliennya tersebut mendukungnya dan membantunya dengan datang ke kantor CAA pada 15 November 2023.

ADVERTISEMENT

Jika Dakhil masih 'selamat' dari pemecatan tersebut, maka Melissa Barrera justru bernasib lebih buruk. Setelah menampilkan aksi gemilang di dua film Scream, ia justru dipecat dari film ketujuh dari waralaba tersebut gegara unggahannya yang mendukung Palestina.

"Gaza kini diperlakukan seperti dalam kamp konsentrasi. Semua orang dikumpulkan menjadi satu, tanpa arah tujuan, tanpa listrik dan air...Orang-orang ternyata tak belajar apa-apa dari sejarah. Dan seperti halnya sejarah kita, semuanya masih terdiam melihat hal ini terjadi. INI ADALAH GENOSIDA & PEMBANTAIAN ETNIS," tulisnya di Insta-Story.

Perusahaan pemilik kisah waralaba tersebut, Spyglass, awalnya menolak berkomentar soal pemecatan itu meskipun juru bicaranya memberikan pernyataan kepada Variety sore harinya untuk mengklarifikasi bahwa aktor tersebut dipecat karena postingannya dianggap anti-semit:

"Sikap Spyglass sangat jelas: Kami tidak menoleransi antisemitisme atau hasutan kebencian dalam bentuk apa pun, termasuk referensi palsu mengenai genosida, pembersihan etnis, distorsi Holocaust, atau apa pun yang secara terang-terangan melanggar batas dan menjadi ujaran kebencian."

Hal serupa juga terjadi saat seorang sumber dalam mengatakan jika produser La La Land, Marc Platt, mengirim pesan kepada pimpinan WME tentang mengapa Boots Riley masih menjadi klien setelah penulis-sutradara Sorry to Bother You mendesak para pengikutnya di X untuk memboikot pemutaran industri rekaman kekejaman Hamas di Pusat Simon Wiesenthal di Los Angeles.

Dia menjuluki rekaman itu sebagai 'propaganda pembunuhan' dan memperingatkan "ketika IDF dan pejabat Israel berada di Den Haag untuk melakukan kejahatan perang, pembantaian dan tindakan genosida, (di mana) Anda tidak ingin nama atau gambar Anda dicantumkan di mana pun."

Sementara itu, beberapa agen di UTA telah menyatakan kemarahannya secara internal atas surat terbuka baru-baru ini yang dipelopori oleh penulis Ta-Nehisi Coates dan yakin bahwa dia harus dikeluarkan dari daftar agensi tersebut.

Coates adalah orang pertama yang menandatangani surat tertanggal 14 Oktober yang menyatakan banyak pelaku industri merasa tidak manusiawi terhadap warga Israel dan melunakkan tindakan Hamas dengan kalimat seperti 'Militan Hamas keluar dari Gaza. Lebih dari 1.300 warga Israel kemudian terbunuh.'

CAA juga lebih bersedia untuk memutuskan hubungan karena pesan-pesan media sosial yang bermasalah. Badan tersebut memecat asistennya Jouman (Jasmine) Barakat atas postingannya yang menyebut semua warga Israel sebagai supremasi kulit putih dan mengejek postingan dari pejabat resmi negara yang menyatakan, 'Bahkan Orang Israel Layak untuk Hidup' dengan menyebut unggahan itu sebagai 'rezim fasis.'

Jika bicara soal Israel, penggunaan kata genosida memang sudah lumayan jadi masalah lama di Hollywood. Pada 2021, Mark Ruffalo meminta maaf karena mengatakan Israel melakukan genosida.

"Ini tidak akurat, bersifat menghasut, tidak sopan & digunakan untuk membenarkan anti-semit di dalam dan di luar negeri."

Pada 2014, Javier Bardem dan Penelope Cruz menandatangani surat yang menyebut operasi Israel di Gaza sebagai genosida. Mereka berdua kemudian mengklarifikasi posisinya setelah banyak dikritik.




(ass/dar)

Hide Ads