Film The Exorcist (1973) mencatatkan begitu banyak kontroversi di perjalanannya, mulai dari penolakan dari para kelompok agama yang menyebutkan jika film itu tak bermoral hingga para penonton yang pingsan dan muntah-muntah saat menyaksikan film tersebut di bioskop.
Rangkaian kejadian ini membuat film tersebut menjadi sorotan dan perbincangan banyak orang hampir di seluruh dunia. Kehebohan ini juga membuat beberapa negara memutuskan untuk melakukan pelarangan, salah satu yang gencar adalah Amerika Serikat meskipun gagal.
Setelah berhasil dirilis di Amerika, film itu pun berlayar jauh ke Inggris. Namun kabar buruk dan sensasi dari film tersebut ternyata sudah tiba lebih dahulu sehingga membuat banyak orang penasaran dan juga khawatir. Hal ini pun mengundang British Board of Film Classification (BBFC) dan memberikan rating X yang mana membuatnya tak bisa disaksikan oleh anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun setelahnya film itu justru malah diboikot dengan memakai Undang-undang Perlindungan Anak yang menuding tindakan tak adil yang diterima bintangnya yakni Linda Blair (yang saat itu berusia 14 tahun). Upaya ini ternyata masih gagal membendung animo masyarakat akan film tersebut.
Setelah berhasil ditayangkan di layar lebar, The Exorcist menjadi salah satu film yang paling dicari oleh banyak orang sehingga membuat Warner Bros memilih untuk menayangkan film tersebut di televisi. Pada 1984 muncul regulasi bernama Video Recording Act, dimana pemberlakuan sensor atau klasifikasi pada konten-konten video yang berbeda dengan di bioskop.
Jika BBFC memberikan rating X atau yang dikenal sebagai rated-R untuk di layar lebar, maka pada siaran televisi film tersebut sulit sekali mendapatkan kategori yang cocok. Apalagi banyak sekali ketakutan film tersebut disaksikan oleh anak-anak di rumah, sehingga membuatnya tak bisa lagi ditayangkan selama 11 tahun lamanya sejak 1987.
Pada 1998, The Exorcist pun dirilis kembali di seluruh dunia sebagai bentuk perayaan 25 tahun film tersebut dengan box set yang cukup menarik. Warner Bros mencoba kembali melakukan pendekatan agar film tersebut bisa ditayangkan di rumah-rumah para warga Inggris.
Pihak BBFC akhirnya meninjau kembali aturan tersebut dan membuat keputusan orang tua harus mengawasi anak-anaknya agar tak menyaksikan materi-materi yang bersifat dewasa. Dan hal ini pun membuat The Exorcist akhirnya bisa kembali disaksikan di rumah-rumah.
Kasus ini pun menjadi cukup menarik karena di kemudian hari pihak BBFC justru mengaku tak tahu apa alasannya sehingga film itu dilarang ditayangkan di televisi atau di jual bebas. Bahkan mereka mengaku tak punya bukti kuat untuk mendukung keputusan itu.
"Sulit sekali mendapatkan bukti kuat dari BBFC jika The Exorcist dalam bentuk video bisa mengandung kekerasan untuk para penonton," ujar Mantan Presiden BBFC, Andreas Whittam Smith.
(ass/pus)