.webp)
Kecanggihan teknologi kerap dihadirkan dalam beragam film lewat berbagai bentuk, mulai dari mesin waktu, robot hingga kecerdasan buatan seperti yang diperkenalkan Iron Man di dalam film-film Marvel belasan tahun silam.
Mulai dari film fiksi ilmiah, superhero hingga horor pun mulai melirik tema-tema berbau teknologi. Dan salah satu yang kembali ramai dibahas adalah M3gan, film garapan Gerard Johnstone pada 2022 lalu.
Film ini berhasil menarik minat banyak penonton karena ide yang segar dan terasa lebih dekat serta berbeda dibandingkan film horor sejenis. Bahkan beberapa artikel luar negeri menyebutkan M3GAN lebih seram daripada boneka-boneka berhantu yang pernah muncul di dalam film.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini mungkin saja lumrah mengingat sang penulis, James Wan, tak mengangkat hal mistis di dalamnya, melainkan teknologi. Di mana hal itu selalu berkembang dan selalu menjadi pedang bermata dua yang berpotensi disalahgunakan.
M3gan pun tumbuh menjadi sebuah momok yang cukup dikhawatirkan mengingat kian dekatnya kita dengan perkembangan teknologi untuk menghadirkan sosok robot boneka yang dibekali artificial intelligence (AI) yang membuatnya dapat merespon dan seolah memiliki pikiran tersendiri.
Entah butuh berapa tahun atau dekade lagi untuk mencapai ke arah sana, tapi dasar-dasar pengembangan AI saat ini sudah cukup membuat banyak orang kagum. Seperti pada pemanfaatan ChatGPT atau pun AI lainnya untuk beberapa pekerjaan yang dulu belum tersentuh.
Penggunaan boneka dalam film horor dimulai pada 1929 di mana penonton diperkenalkan dengan sosok Otto oleh sutradara James Cruze dan Erich Von Stroheim dalam film The Great Gabbo. Kemudian tren ini pun berlanjut hingga Chucky dan Annabelle.
M3gan berbeda dengan lainnya, ia bukanlah boneka berhantu yang dirasuki oleh roh jahat. Ia adalah robot boneka berbentuk manusia yang diciptakan oleh Gemma (Allison Williams) sebagai pendamping manusia. M3gan pun diberikan satu perintah saja, yakni melindungi keponakan Gemma, Cady (Violet McGraw) dari segala macam ancaman.
Kecerdasan buatan dalam dirinya pun selalu berkembang dan menafsirkan ancaman dalam bentuk berbeda dari apa yang diharapkan pembuatnya. M3gan menjadi contoh dari ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan teknologi ciptaannya tersebut (yang mana masih sering terjadi hingga saat ini).
Bahkan CEO OpenAI yang membuat ChatGPT yakni Sam Altman memperingatkan bahaya di balik populernya aplikasi kecerdasan buatan (AI) seperti buatannya. Ia bahkan mengaku takut melihat perkembangan AI yang sangat cepat.
Sebagai CEO OpenAI, Altman berperan besar dalam pengembangan ChatGPT. Dalam wawancara dengan ABC News, Altman mengatakan regulator dan masyarakat harus ikut menjaga teknologi ini untuk menghindari efek yang buruk terhadap masa depan manusia.
"Kita harus hati-hati. Saya rasa orang-orang harusnya senang bahwa kita sedikit takut akan hal ini," kata Altman, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (18/3/2023).
Saya sangat khawatir model ini bisa digunakan untuk disinformasi skala besar. Kini setelah mereka menjadi lebih baik dalam menuliskan kode komputer, AI dapat digunakan untuk serangan siber ofensif," pungkasnya.
(ass/pus)
