.webp)
Aktor Vino G. Bastian menceritakan bagaimana sulitnya berperan sebagai Buya Hamka. Salah satunya adalah harus mendalami karakter tersebut dari remaja hingga lanjut usia.
"Yang paling sulit karrna film ini range periodic-nya besar sekali, dari 1908 sampa 1981 ketika Buya Hamka diangkat menjadi ketua MUI. Range periodic itu yang kita harus jaga sama-sama. Perkembangan karakter Hamka, dan seberapa jauh dia belajar dari guru-gurunya," kata Vino G. Bastian saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/3/2023).
"Perubahan dari karakter Hamka yang masih berapi-api dan haus akan ilmu sampai dia merunduk seperti padi dan banyak ilmunya," ujarnya melanjutkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, film Buya Hamka mengambil setting di berbagai tempat, salah satunya adalah di Gurun Sahara. Menurut Vino G. Bastian, walaupun terlihat panas, ternyata suhu di Gurun Sahara sangatlah dingin.
"Sebenarnya kalau kita lihat di padang pasir itu panas ya, padahal di situ dingin sekali, angin di gurun sahara itu dingin sekali," tutur Vino G. Bastian.
Adapun alasan mengambil Mesir sebagai latar tempat pengganti Mekkah, karena Mesir masih terlihat kota tradisional Timur Tengah.
"Kita tidak syuting di Mekkah, karena di Mekkah sudah maju sekali dan jadi kota modern. Kita ambil beberapa stock di Mesir, perubahan suhu dan karakter loncat-loncat ini butuh penyesuaian," terang Vino G. Bastian.
"Fajar juga punya pakemnya tersendiri untuk pemainnya, ketika kita nonton InsyaAllah semua bisa mengalir dengan mulus," pungkasnya.
Sekadar informasi, Film Buya Hamka dijadwalkan rilis di bioskop Tanah Air pada 20 April 2023 mendatang.
(ahs/dal)
