Aku Bukan Jodohnya Jadi Film Perdana Syakir Daulay

Syakir Daulay memulai karier pertamanya menjadi seorang sutradara dalam film Aku Bukan Jodohnya. Selain itu dalam film ini ia juga menjadi salah satu pemain.

Alasan Syakir ingin mengawali kariernya di dunia perfilman karena merasa jenuh dengan film yang ia tonton.

Bagi Syakir Daulay, beberapa film tentang masa remaja yang ia tonton tak memberikan nilai. Maka dari itu, ia sangat ingin memberikan film yang memiliki nilai lebih.

"Awalnya bikin film ini, sebenarnya nggak kepikiran. Selama 2 tahun kerja sama Pak Haji Dedi Mizwar, gatel mau bikin film," ujar Syakir saat jumpa pers di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (29/12/2021).

"Pas pandemi sering di rumah dan lihat film anak muda zaman sekarang kita nonton 2 jam nggak dapet apa-apa," lanjutnya.

Skenario pada film ini awalnya dimulai dari keisengan Syakir Daulay dimasa pandemi. Saat berada di rumah saja, Syakir memanfaatkan hal itu dengan menulis sebuah cerita.

Namun siapa sangka, awalnya skenario itu hanya sebatas lagu yang akan Syakir nyanyikan. Namun, Syakir mengubahnya menjadi sebuah film.

"Karena pandemi, banyak waktu kosong, bikin skenario, awalnya bikin lagu dan cocok sama kisah hidup gue," lanjutnya.

Selain itu, menjadi sutradara muda berusia 19 tahun tentu menjadi kesulitan untuk Syakir Daulay. Ia mengaku banyak mendapat kesulitan untuk mencari pemain.

Bagi Syakir Daulay, dalam membuat film ini tidak lah mudah. Ia perlu banyak berjuang untuk mendapatkan hasil yang baik.

"Bikin film nggak gampang, gue mau tunjukin gue bukan anak muda yang ngomong doang. Harus jadi dan harus tayang. Ini awalnya iseng tapi jadi banyak belajar, ini insyaAllah ke depan masih bisa 95 persen lebih baik, ini awal banget memang nggak sempurna," jelas Syakir Daulay.

Film Aku Bukan Jodohnya ini menceritakan tentang kisah cinta yang berujung menyedihkan. Percintaan tersebut tak membawa keberuntungan bagi sang tokoh utama.

Bagaimana tidak, perempuan yang dicintai justru menikah dengan sahabatnya sendiri.

Dalam kehidupan pribadi, rupanya Syakir Daulay pernah merasakan hal itu. Meskipun tak sepenuhnya sama, tapi Syakir Daulay mengaku cerita pada film sangat berkesinambungan dengannya.

"70 persen (mirip dengan kisahnya), gue modernisasi aja," tutur Syakir Daulay.

"Gue sebetulnya lupa rasanya (ditikung teman), cuma gue inget-inget lagi. Gue pikir anak muda di Indonesia banyak (yang merasakan). Gue mau masukin yang related, tapi harus ikhlas," tegasnya.