Banjong Pisanthanakun soal The Medium Berlaga di Oscar

Banjong Pisanthanakun soal The Medium Berlaga di Oscar

Atmi Ahsani Yusron - detikHot
Senin, 15 Nov 2021 08:43 WIB
Banjong Pisanthanakun sutradara The Medium, film horor Thailand yang akan berlaga di Oscar 2022.
Foto: dok. GDH/Showbox
Jakarta -

Yuni akan mewakili Indonesia di ajang Oscar 2022 sementara Thailand mengirimkan film The Medium. Film horor yang diarahkan oleh sutradara Banjong Pisanthanakun ini menjadi karya sinematik pertama dengan konsep file footage yang berlaga di ajang Oscar.

"Aku sempat deg-degan juga untuk hal ini karena aku tidak pernah melihat ada film perwakilan dari negara manapun yang mengirimkan karya film berbentuk file footage ke ajang Oscar," kata sutradara Banjong Pisanthanakun dalam wawancara dengan media di Indonesia belum lama ini.

"Semoga ada hal baik terjadi di Oscar dan aku berterima kasih karena The Medium bisa sampai ke Academy Awards," katanya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Medium kini jadi film horor Thailand dengan penonton terbanyak di Indonesia. Banjong Pisanthanakun berkolaborasi dengan sutradara Korea Na Hong Jin di film ini. Na Hong Jin sebelumnya dikenal lewat film horor The Wailing yang merupakan karya favorit Banjong.

Film ini mengambil sudut pandang sebuah kepercayaan kepada dewa bernama Ba Yan. Salah satu pengikutnya, Nim, merupakan seorang shaman (cenayang) yang mengabdi pada Ba Yan. Nim diperankan oleh aktris Sawanee Utoomma.

ADVERTISEMENT

Suatu hari kakak ipar Nim meninggal dunia. Sejak itu hal-hal buruk mulai terjadi kepada Mink (diperankan Narilya Gulmongkolpech), keponakan Nim. Ada banyak hal yang terungkap dari keluarga Nim dan Mink sepanjang film ini. Dikemas dalam bentuk mockumentary (film fiksi yang dihadirkan dalam bentuk rekaman-rekaman seperti dokumenter), kita diajak menyelami kehidupan keluarga Nim hingga kejadian-kejadian buruk yang menimpa Mink.

Film The MediumFilm The Medium Foto: Dok. Ist

Diakui oleh sutradara Banjong, The Medium merupakan karya pertamanya yang menggunakan kemasan mockumentary. Untuk membuat dunia mistis dalam film ini, dia mendapat sebuah pesan penting dari Na Hong Jin. Terutama dalam proses ritual shaman yang banyak muncul dalam film.

"Perbedaan The Medium dari film horor yang lain (yang pernah saya buat) ada pada fokusnya. Atmosfer dan suasananya. Biasanya aku akan fokus ke plot cerita tapi kali ini ke atmosfer. Ini juga film dengan treatment mockumentary pertamaku, jadi ini sebuah tantangan besar," kata Banjong.

"Visualisasi dari ritual shaman adalah satu dari dua adegan yang ditekankan Na Hong Jin kepada kami untuk difokuskan. Dia ingin adegan-adegan ini dibuat dengan sangat-sangat besar, wah, dan detail. Dia juga memfokuskan soal koreografi karena menurut dia itu sangat penting. The Medium juga jadi film pertama saya yang punya banyak detail dan menampilkan pentingnya perihal framing," curhat Banjong yang memang sudah lama mengidolakan Na Hong Jin.

Adegan ritual shaman dalam The Medium menampilkan tarian-tarian yang punya kesan tradisional dan mistis di saat bersamaan. Selain itu proses ritualnya juga punya mantra-mantra berbentuk nyanyian yang diciptakan untuk The Medium.

Kepercayaan Ba Yan yang ada di dalam film merupakan sebuah kepercayaan fiksi yang dibuat hanya untuk The Medium. Namun bagaimana Nim menjalankan kesehariannya sebagai shaman dan orang yang percaya pada dewa Ba Yan terinspirasi dari ritual, kepercayaan, dan shaman yang benar-benar ada di Thailand.

"Ba Yan ini sendiri sebenarnya terinspirasi dari shaman yang ada di Thailand tapi bukan kisah nyata. Jadi kisah ini kami membuat cerita sesuai dengan apa yang sudah pernah saya lihat dari hasil riset. Apa yang kita lihat di adegan ritual itu seperti lagu-lagu, itu kita ciptakan baru, bekerja sama dengan masyarakat setempat," tutup Banjong Pisanthanakun.




(aay/dal)

Hide Ads