Bicara tentang cinta di dunia sinema tidak akan ada habisnya. Cinta merupakan salah satu tema universal, dapat dikemas dengan berbagai konflik dari yang ringan hingga rumit. Tema ini juga terbilang 'aman' karena pasti mempunyai penggemar tersendiri, terlepas dari siapa yang membintangi film atau serial tersebut.
Film dari Negeri Tirai Bambu pun termasuk yang rajin membuat film dengan tema cinta. Sekarang saatnya Passage of My Youth hadir untuk menghibur.
Film yang diadaptasi dari novel karya Lu Yi Ge ini menceritakan pertemanan dari Jiang He (Zhang Zifeng) dan Gu Xinlie (Jiang Chao) sejak mereka masih duduk di bangku SD. Seperti di film romantis pada umumnya, kisah mereka berlanjut sampai SMA hingga salah satu di antara mereka tepatnya Gu Xinlie menyimpan rasa lebih sementara Jiang He sudah menaruh hati kepada murid unggulan di sekolah mereka yaitu Jiang Hai (Song Weilong).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kepintaran Jiang Hai menginspirasi Jiang He untuk menjadi rajin. Usaha Jiang He membuahkan hasil karena ia bisa bersanding di sebelah Jiang Hai sebagai juara umum sekolah. Berkat keberhasilannya, mereka mendapat beasiswa untuk berkuliah ke Inggris. Sebelum Jiang He terbang ke Britania Raya, Gu Xinlie bahkan membekali sebuah peluit sebagai simbol seolah-olah jika Jiang He merindukan Gu Xinlie atau sebaliknya, otomatis mereka akan bertelepati.
Sesampainya di Inggris, Jiang He pun sibuk dengan perkuliahan namun ia senang karena bisa menghabiskan banyak waktu bersama Jiang Hai. Mereka berdua pun makin dekat apalagi sebagai sesama mahasiswa asing yang menimba ilmu di benua seberang. Di sisi lain, Gu Xinlie makin rindu dengan Jiang He. Ia pun menyusul Jiang He ke Inggris dan harus berjuang ekstra merebut hati Jiang He dari Jiang Hai.
Membaca dari plot, Passage of My Youth terlihat menawarkan kisah cinta segitiga di usia beranjak dewasa. Nyatanya cerita cinta film besutan sutradara Janet Chun ini melibatkan lebih dari tiga tokoh.
![]() |
Meskipun porsi tokoh-tokoh tersebut tidak banyak tetapi dengan munculnya mereka justru konflik tercipta lebih ramai. Tanpa adanya figur-figur penguat cerita, film ini bakal terasa hambar.
Alih-alih berakhir bahagia, Passage of My Youth malah merealisasikan akhir yang membuat penonton mengerutkan dahi. Sebagai bonus, sang sutradara menambahkan alternatif dari akhir cerita di bagian credit title.
(aay/aay)