Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat berharap film nasional mampu menjadi sarana menanamkan nilai-nilai kebangsaan untuk menjawab tantangan bangsa saat ini dan masa datang. Hal itu diungkapkannya dalam Focus Group Discussion (FGD) Wakil Ketua MPR RI bekerja sama dengan Perum Produksi Film Negara (PFN) bertema "Peran Produksi Film dan Konten oleh Negara dalam Rangka Pembentukan Karakter Bangsa untuk Mewujudkan Ketahanan Negara" pada Kamis (10/12).
"Tantangan yang dihadapi saat ini adalah adanya pergeseran nilai-nilai yang dipahami masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Saya berharap film mampu menyuarakan nilai-nilai ideologi bangsa untuk menjawab pergeseran nilai itu," kata wanita yang akrab disapa Rerie itu dalam keterangannya, Jumat (11/12/2020).
Menurutnya, penyampaian pesan yang sarat nilai-nilai kebangsaan lewat film kepada generasi muda sangat strategis. Sebab, lanjutnya, film termasuk medium yang luwes dan cair sehingga mudah dipahami masyarakat. Apalagi film saat ini menjadi salah satu bahasa anak muda dalam menyampaikan ide dan pendapatnya lewat kecanggihan gadget yang dimilikinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengapresiasi para konten kreator yang di masa pandemi ini mampu memproduksi konten yang kreatif dalam bentuk film pendek. Rerie berharap PFN bisa berperan sebagai konten kreator yang sarat dengan penyampaian nilai-nilai kebangsaan, untuk mengantisipasi tantangan bangsa di masa datang.
Deputi Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina sependapat bila film dimanfaatkan sebagai medium untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Menurutnya, penyampaiannya jangan bersifat doktrinasi. Dengan gaya penyampaian yang user friendly, ujar Rima, nilai-nilai revolusi mental yang terdiri dari integritas, etos kerja dan gotong-royong bisa ditanamkan.
Direktur Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwadi Sutanto mengungkapkan pihaknya berupaya membangun SDM unggul lewat visi pendidikan yang dijalankan. Dengan konsep Merdeka Belajar yang dilakukan saat ini, diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai kebangsaan itu dari sisi proses belajar. Pemanfaatan medium video dan film merupakan salah satu cara yang dilakukan.
Direktur Utama PFN Judith J Dipodiputro mengungkapkan untuk memproduksi film dengan muatan nilai-nilai kebangsaan sebenarnya sejumlah faktor pendukung sudah ada, baik dukungan secara hukum, konten yang memadai seperti empat konsensus kebangsaan, tentang kesetaraan gender, narasi terkait SDGs serta tentang visi pendidikan 2045.
Adapun yang harus dipastikan saat ini, menurut Judith, yakni komitmen dari para pemangku kepentingan di sektor perfilman nasional itu bisa direalisasikan. Ia mengaku PFN saat ini sedang bertransformasi dan perlu dukungan nyata dari para pemangku kepentingan.
Baca juga: Bekerja Mewujudkan Akhir Pandemi |
Dia menegaskan industri kreatif bisa menjadi alat ekonomi yang sangat dahsyat. Sebab di Indonesia saat ini, jelasnya, industri kreatif mampu menyerap 4 persen angkatan kerja nasional, yang pada 2025 diproyeksikan menjadi 8 persen. Dengan peluang tersebut, tegas Judith, seharusnya ada upaya mempercepat pembangunan industri film nasional.
Duta besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi yang bergabung secara daring, mengungkapkan fenomena demam drama Korea dan K-pop bukan merupakan hal yang kebetulan. Mendunianya drama Korea dan K-pop adalah hasil dari reformasi kebudayaan yang didesain oleh Korea Selatan. Langkah ofensif itu, ujarnya, diawali lewat penguatan di sektor pendidikan yang mengedepankan peningkatan skill di bidang seni, teknologi dan media.
Selain itu, tambah Umar, juga dibutuhkan regulasi penyiaran yang mampu menyebarluaskan produksi film agar mampu dinikmati masyarakat luas.
Jurnalis senior Saur Hutabarat menilai untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan karakter bangsa harus mengubah posisi berpikir dari defensif menjadi ofensif, seperti yang dilakukan Korea Selatan dalam menebar budaya Korea di dunia. Bila Indonesia tetap defensif dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, tegas Saur, tinggal menunggu kebobolan dengan nilai-nilai dari luar.
Untuk melakukan langkah ofensif dalam membentuk karakter bangsa, Saur berharap peran negara harus mengemuka. Tentu saja tidak dengan cara-cara doktrinasi.
Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Anggota DPR RI Periode 2019-2024 Muhammad Farhan, Deputi Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila/BPIP Rima Agristina, Direktur Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwadi Sutanto. Diskusi yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 itu juga menghadirkan Direktur Utama PFN Judith J Dipodiputro untuk menyampaikan pengantar diskusi dan sejumlah narasumber para pemangku kepentingan di bidang perfilman.
(mul/mpr)