Jakarta -
Semakin dekat waktu penayangannya di Indonesia, 'Joker' versi Joaquin Phoenix terus menggoda penggemar di Tanah Air lewat sneak peek yang diluncurkan Warner Bros dan DC.
Tawa sakit si villain Batman dan potongan klip Robert De Niro dengan Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck di sebuah acara TV buat gaduh penunggu setia film ini.
'Joker' memang akan menjadi pembeda dari DC dan Warner Bros. Setelah kekacauan 'Justice League', arah studio ini memang belum bisa terbaca.
Sebagian pahlawan masih lanjut dengan aktornya yang sama seperti 'Wonder Woman', 'Aquaman' atau 'The Flash'. Tapi dalam 'semesta' Gotham, perombakan jelas terjadi lantaran Ben Affleck mundur dari proyek The Batman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joker kali ini juga sangatlah berbeda dari DC dan Warner Bros yang biasa garap. Selain warna dan tone jauh-jauh lebih gelap dan keras, Joker ala Todd Phillips konon memang mengangkat cerita orisinil meski masih mengambil besar referensi The Killing Joke.
Todd selaku sutradara menyebutkan bahwa Joker adalah antitesis dari adaptasi komik yang biasa dilakukan Marvel (MCU) dan DC yang bergandengan dengan Warner Bros.
Joker adalah hal mustahil yang bisa dilakukan Marvel karena skrip yang diciptakan mereka tak bisa diintervensi dari komik ataupun pencipta aslinya.
Menurut Todd, Marvel dengan semua filmnya yang mencapai kiimaks lewat Endgame, adalah hal yang tak bisa dikalahkan. Karenanya, mereka membuat film yang takkan bisa dilakukan Marvel.
Wawancara Todd ini bukan sesuatu yang baru sebenarnya. Tapi menarik karena menyinggung rival DC.
"Kalian tidak bisa mengalahkan Marvel, mereka raksasa. So, mari kita buat sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan," kata Todd yang sebelumnya menggarap War Dogs pada Cinemablend.
Soal membuat film spin-off antihero, Marvel sudah melakukannya pada 'Deadpool' atau 'Venom'. Namun jelas berbeda dengan Joker yang murni villain tanpa rasa dan perasaan.
Dua nama Marvel yang disebutkan tadi masih punya sisi pahlawan. Mereka kerap tampil sebagai penyelamat meski seorang anti-hero.
Kini patut ditunggu seperti perwujudan Joker versi Joaquin Phoenix yang konon jauh sekali dari kiblat komik. Terlebih ulasannya sangat positif. Film dengan rating R ini juga mendapat penghargaan di Venice Film Festival.
Kembali bagaimana Joker tercipta, Todd pernah menjelaskan bahwa dalam filmnya Arthur adalah sosok rapuh dengan gangguan mental dan psikis yang chaos. Ini tak berbeda jauh dengan cerita The Killing Joke di mana sang villain memproklamirkan: 'hanya butuh satu hari yang rusak dan berat untuk menjadi gila'.
Dalam The Killing Joke, Joker kehilangan istrinya dalam sebuah tragedi. Dalam versi Todd Phillips, ibu Arthur yang sakit-sakitan namun sangat dicintainya sepertinya jelas menggantikan posisi istri di versi cerita orisinilnya.
Motivasi Joker tak pernah bisa diprediksi karena sejatinya ia tak pernah punya tujuan. Joker adalah manifestasi kekacauan, simbol ketidakselarasan, dan wujud ketidakharmonisan.
Ia membenci kedamaian karena latar hidupnya yang sangat kacau. Heath Ledger sebagai Joker pernah berucap pada Batman Christian Bale di tepian gedung dalam dialog yang sejujurnya sangat dalam, "Kau membutuhkanku, pun sebaliknya, kau melengkapiku."
Jadi mungkin itu yang membedakan Joker dengan Thanos sekalipun. Joker adalah villain yang terlalu istimewa.
Halaman Selanjutnya
Halaman